“Baiklah mari bahas satu persatu tentang apa yang terjadi sebenarnya, singkatnya kalau harus dijelaskan kau akan menjadi makanan kami” ucap tetua itu tersenyum.
Kaget pemuda itu mendengarnya tapi dia tak bisa marah apalagi kabur karena tubuhnya benar-benar sudah hilang tenaga.
“Oh ya tentang para Nimfa, kenapa kami semua terus menyuruhmu mengabaikan mereka itu semua hanya karena 1 hal yaitu para Nimfa itu selalu mencoba menyelamatkanmu berkali-kali dan itu sudah terjadi puluhan kali"
Bingung pemuda itu dibuatnya karena dia tak bisa berpikir jernih, apa maksudnya dengan mencoba menyelamatkan puluhan kali? Apakah itu berarti dia terus mengulangi kejadian ini terus- menerus tanpa henti? Hanya dewa dan para Elf itu yang tahu.
“Oh?! Sepertinya kamu tak sadar sudah berapa kali kamu mengulangi ini semua bukankah begitu? Tapi tenang saja bukan hanya kamu saja yang megalami ini masih banyak yang lain dan tentu saja tentang taruhan itu kami berempat bertaruh apakah kau yang kali ini akan segera mati atau tidak, hehe” Ucap Elf itu sembari memanggil seorang lelaki dengan darah memenuhi celemek dan pakaiannya juga dia membawa pisau daging di tangan kanannya.
“Tung..gu..dul....lu”
Belum sesaat dia mencerna semuanya, darah memenuhi tanah sekitar, kaki, tangan, dada, organ dalam dimasukkan ke dalam sebuah karung yang besar seakan-akan isinya adalah binatang hasil berburu bukan manusia hasil pancingan.
Esok pagi sebuah pesta makan digelar dengan hidangan yang begitu banyak nan lezat. Para Elf juga peri itu makan dan minum dengan nikmat. Di dekat sana terdapat seorang Siren yang disalib dengan bulunya dicabuti dan dijadikan hiasan gaun yang dipakai beberapa Elf di dekat sana.
Dan di kuil pemanggilan yang besar dan megah para tetua Elf berkumpul sembari mengucapkan mantra pemanggilan dan semua akan dimulai lagi dari awal demi kepuasan para Hawa itu.
Ohh para pria yang malang yang akan segera bertemu ajal
Ohh para pria yang malang yang terus merasakan neraka tanpa henti
Ohh para pria yang malang yang akan memenuhi kebutuhan wanita
*
*
*