The judges see, the judges kill
When our head touch the ground, we turn to dust
Your bone, your flesh, your blood is their food...
Beware the fog, beware the time
Inside the loop your never die, your soul is everlasting..
And Now Touch The Air and You’ll Know What’s The End
When The Music Float, You Will Know What’s In The Frot
(Keselamatan dari kematian hanya akan didapat jika paham)
Setelah para Nimfa selesai dengan lullaby mereka yang begitu indah dan menenangkan, not-not musik itu melayang ke arah pemuda tadi. Salah satu Nimfa tadi dengan kain yang terbang di lehernya mendatangi pemuda tadi dengan lompatan kecil dan, dia berdiri di depannya, menggerakkan tangannya ke not-not itu mengintruksikan untuk menyentuhnya.
“Touch the air my dear” ucap Nimfa itu,pemuda itu bingung tapi secara tak langsung dia paham dengan yang dimaksud Nimfa tersebut.
Lalu, dia menyentuh not-not musik yang di udara dan seketika ledakan kecil terjadi dan membuat pemuda tadi terjatuh. Dari ledakan itu tadi muncul sebuah perkamen dari kulit kayu cemara berwarna hitam gelap melayang ke arah pemuda itu yang masih di tanah, lalu dia berdiri dan dengan pelan mengambil perkamen itu dengan wajah yang bingung.
Bahkan sebelum mengatakan sesuatu para Nimfa itu masuk ke dalam semak, pohon, juga bunga putih di sana, pemuda tadi segera berjalan lagi dengan penuh kebingungan di matanya yang juga penuh penasaran “Apakah ini perkamen? Mari kita lihat apa isinya” pemuda tadi membuka perkamen tadi dan mulai membacanya.
“Hati-hati dengan kabut, hati-hati dengan waktu
Hati-hati dengan wanita yang selalu tersenyum
Kau temukan dirimu, kau ma-“ sebelum dia bahkan selesai membacanya seekor burung gagak melesat dan mengambil perkamen itu diikuti dengan burung kolibri.