Oleh:
Bambang Mugiono
(Ketua Bidang Dakwah Pimpinan Wilayah Pemuda Muhammadiyah Lampung)
BANDAR LAMPUNG, RADAR LAMPUNG - Kemuliaan bulan Ramadan sangat dirasakan oleh kaum muslimin. Gegap gempita semarak Ramadan terasa di ruang pribadi dan ruang publik.
Masjid dan musala semarak dengan ibadah pendukung bulan Ramadan. Malam-malam Ramadan terasa hidup dengan salat Tarawih, tilawah Alquran dan aktifitas ibadah lainnya.
Secara lahiriah, ibadah puasa adalah ibadah yang menguras energi dan waktu istirahat ikut berkurang.
Hal yang membuat kuat seorang muslim berpuasa bukanlah makan dengan kuantitas yang banyak saat sahur. Karena seberapa pun banyak makanan yang kita makan, sebanyak apa pun air yang kita minum, kita akan tetap merasakan lapar dan dahaga.
Apa yang menyebabkan seorang muslim kuat menjalankan ibadah puasa ditambah dengan ibadah-ibadah yang lainnya di siang hari bulan Ramadan.
Bukan karena makan dan minum dalam jumlah besar tetapi karena iman dan mengharap pahala dari Allah SWT sebagaimana sabda Nabi Muhammad SAW: “barang siapa yang berpuasa dengan iman dan mengharap rida Allah SWT maka akan diampuni dosa-dosanya yang telah lalu.” (HR. Bukhori dan Muslim)
Islam bukanlah agama yang tidak realistis, karena ibadah puasa yang di wajibkan kepada kaum muslimin.
Secara umum juga memiliki ketentuan bagi siap saja yang tidak mampu dengan berbagai kondisi yang berbeda maka golongan tertentu diperbolehkan untuk tidak berpuasa dengan konsekuensi masing-masing yang berbeda.
Islam juga bukan agama yang menghendaki pemeluknya malas dan dan tidak produktif. Terlebih ketika menjalankan ibadah puasa seorang muslim tetap dianjurkan untuk produktif baik dalam ibadah wajib, ibadah sunnah serta pekerjaan yang menjadi tanggung jawabnya.
Mencari nafkah adalah kewajiban bagi siapa saja yang di pundaknya memiliki tanggungan untuk menafkahi keluarganya. Orang yang kuat secara ekonomi wajib memberi santunan kepada kaum lemah atau dhuafa tanpa meninggalkan kewajiban pokoknya.
Selain ibadah maghdoh yang berdimensi vertikal atau hubungan dengan Allah SWT, Islam juga memprioritaskan dimensi horizontal atau hubungan dengan manusia lain atau dengan makhluk Allah SWT lainnya.