Harimau Belum Ditangkap, Warga Diminta Waspada

Minggu 25 Feb 2024 - 21:57 WIB
Reporter : Abdul Karim
Editor : Abdul Karim

Namun, pertemuan yang dilakukan tersebut tidak menghasilkan apa-apa hingga pada akhirnya kejadian serupa kembali terulang. Dimana, warga Pekon Bumi Hantatai Kecamatan Bandar Negeri Suoh (BNS) juga meninggal akibat diterkam Si Raja Hutan tersebut.

"Selanjutnya, saya langsung lapor ke Pak Gubernur berharap Pemerintah Provinsi Lampung juga bisa membantu mengatasi persoalan ini. Alhamdulillah, Pak Gubernur langsung memerintahkan BKSDA Lampung-Bengkulu untuk turun ke Suoh," kata Nukman, Kamis (22/2).

Dari informasi yang diperolehnya ada dua tim yang diturunkan ke Suoh dengan membawa perangkap untuk menangkap harimau sumatera tersebut. "Pada intinya, nyawa manusia lebih berharga dari nyawa apapun. Sehingga meskipun itu satwa dilindungi, ketika sudah memangsa manusia seperti itu boleh dibunuh asal berada di tanah marga (bukan hutan kawasan) dan aturannya tidak boleh dibawa pulang. Sehingga harus dimusnahkan atau dikubur di lokasi," teas Nukman mengisyaratkan harimau sumatera tersebut harus ditangkap hidup atau mati.

Menindaklanjuti hal tersebut, Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Bengkulu dan Lampung  pun sudah menerjunkan dua timnya untuk menangkap harimau yang kembali menewaskan warga Lambar tersebut.  Kepala Seksi Konservasi Wilayah III Lampung BKSDA Bengkulu Joko Susilo mengatakan, peristiwa yang terjadi di Lambar sudah masuk dalam kategori bencana. Karenanya, pihaknya telah melakukan beberapa upaya.

Menurutnya setelah berkoordinasi dengan pihak TNBBS pasca beberapa warga tewas, maka dirinya memutuskan untuk menerjunkan tim menangkap harimau yang meresahkan itu. "Saya putuskan harus ditangkap atau relokasi dari lokasi konflik. Maka tadi pagi (kemarin), tim sudah berangkat. Mungkin sudah sampai. Dan, satu lagi sedang di perjalanan dari Bengkulu untuk mem-back up. Jadi dua tim turun," ujarnya.

Dalam tim tersebut, ungkap Joko, terdiri dari belasan petugas BKSDA, TNBBS, WCS, dan aparat TNI Polri dengan perlengkapan berserta kandang ketika ditangkap. "Gak ada jalan lain, harus kita evakuasi.  Kami belum tahu persis titik koordinat lokasi tempat kejadian bertemu dengan si harimau tersebut," urainya.

Ditanya apa penyebab binatang tersebut kini lebih sering mendekati pemukiman warga? Joko menyebut diperlukan penelitian dan pengamatan  khusus terkait itu.

’’Angkanya (harimau, Red) saya yakin banyak, tapi mengapa dia turun lalu menyerang manusia, itu perlu diamati. Mangsa dia di hutan masih memadai atau tidak. Kalau rusa dan babi hutan jarang, ya bisa saja turun,"ungkapnya.

Soal harimau ini, pihaknya tetap meminta masyarakat untuk tidak keluar atau bekerja di kebun sampai situasional diperkirakan sudah aman. "Bahkan, tim kita yang sebelumnya sudah turun sudah sampaikan kepada warga kalau belum ada kejelasan jangan ke kebon. Padahal itu malam, bingung juga malam-malam ke kebon. Yang penting saat ini adalah ketangkap dulu, kalau sudah kita bina supaya sifat buas dan liarnya hilang," pungkasnya. (nop/rnn/mel/c1/rim)

 

Kategori :