LIWA – Harimau penerkam warga di Kecamatan Suoh dan Bandarnegeri Suoh (BNS), Kabupaten Lampung Barat (Lambar), hingga kini belum berhasil ditangkap. Namun, penjabat (Pj) Bupati Lambar Drs. Nukman memastikan pihaknya terus berkoordinasi dengan pihak-pihak terkait. Mulai pihak Taman Nasional Bukit Barisan Selatan (TNBBS), Badan Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Bengkulu-Lampung, kepolisian, dan juga TNI perihal konflik harimau dan manusia yang telah menelan dua korban jiwa tersebut.
Menurutnya saat ini tim gabungan terus berupaya melakukan evakuasi terhadap satwa yang masuk ke dalam daftar satwa dilindungi di Indonesia berdasarkan UU Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya tersebut.
’’Tim gabungan yang juga dari BKSDA berupaya melakukan evakuasi terhadap satwa tersebut. Di mana tim gabungan sudah memasang kandang jerat untuk menangkap dan mengevakuasinya dalam kondisi hidup," ungkap Nukman, Minggu (25/2).
Mengingat saat ini masih dalam proses evakuasi, ia kembali mengingatkan masyarakat untun selalu waspada. Termasuk mengindahkan apa yang menjadi penekanan dari petugas agar tidak melakukan aktivitas di lahan garapan yang saat ini menjadi daerah rawan.
BACA JUGA:Lampu Padam, Evakuasi Bayi 3 Bulan Dramatis
’’Tetap waspada, patuhi apa yang menjadi imbauan petugas. Kalaupun harus ke kebun, jangan sendiri. Harus ada yang menemani, minimal dua orang. Kalaupun bertemu satwa tersebut segera laporkan ke petugas," katanya.
Nukman menduga teror satwa khususnya harimau tersebut lantaran habitatnya telah rusak sehingga pasokan makanan berkurang. ’’Harimau memiliki fleksibilitas menyikapi terjadinya perubahan habitat sehingga kemungkinan konflik harimau dan manusia yang terjadi itu dikarenakan habitatnya telah rusak," ujarnya.
Sebelumnya, Komandan Kodim (Dandim) 0422/Lambar Letkol Inf. Rinto Wijaya menyampaikan bahwa masyarakat boleh melakukan pembelaan diri ketika berhadapan dengan harimau di Kecamatan Suoh dan Bandarnegeri Suoh yang dalam kurun waktu dua minggu terakhir sudah menelan dua korban jiwa. Hal ini disampaikannya Kamis (22/2) malam saat bertakziah bersama sejumlah pejabat kepolisian dan petugas Taman Nasional Bukit Barisan Selatan (TNBBS) Bidang Wilayah II Liwa di kediaman (alm.) Sahpri bin Sarprak (28), warga Pekon Bumihantatai, Kecamatan BNS, yang meninggal akibat diterkam harimau.
Kepada warga yang turut bertakziah, Rinto juga mengimbau agar tidak melakukan aktivitas di kebun, terlebih dalam kondisi cuaca mulai gelap. Sebab, harimau kerap tidak terlihat.
BACA JUGA:Banjir Terparah Dalam 10 Tahun Terakhir
’’Kalau mulai gelap, jangan beraktivitas di kebun. Harimau itu sering tidak terlihat karena biasanya tiarap, apalagi kalau yang kebunnya banyak rumput. Terkecuali kebunnya yang bersih bisa kelihatan,” ungkapnya.
Namun, tandasnya, masyarakat boleh melakukan pembelaan diri ketika mendapatkan teror atau berhadapan langsung dengan satwa dilindungi tersebut. Apabila terdesak didekati harimau, menurut dia, maka boleh melakukan perlawanan.
’’Tetapi tolong, kalaupun melakukan perlawanan, harimaunya jangan dijual. Kalau harimaunya mati di kebun, lapor ke kami,” ujarnya.
Kemudian terkait kondisi terkini, Rinto mengimbau kepada masyarakat ketika melihat adanya keberadaan harimau tersebut agar segera melapor. Sehingga, petugas bisa langsung turun ke lapangan.
Unsur Pimpinan Kecamatan (Uspika) Suoh dan BNS sendiri telah menerbitkan imbauan bersama melalui surat yang ditandatangani Camat BNS Mandala Harto, Camat Suoh Dapet Jakson, Kepala TNBBS Resort Suoh Sulki, Danramil Batubrak Kapten Inf. Suroto, Kapolsek BNS Iptu Edwar Panjaitan, dan pihak WCS/WRU Arif.