Menurutnya setelah berkoordinasi dengan pihak TNBBS pasca beberapa warga tewas, maka dirinya memutuskan untuk menerjunkan tim menangkap harimau yang meresahkan itu. "Saya putuskan harus ditangkap atau relokasi dari lokasi konflik. Maka tadi pagi (kemarin), tim sudah berangkat. Mungkin sudah sampai. Dan, satu lagi sedang di perjalanan dari Bengkulu untuk mem-back up. Jadi dua tim turun," ujarnya.
Dalam tim tersebut, ungkap Joko, terdiri dari belasan petugas BKSDA, TNBBS, WCS, dan aparat TNI Polri dengan perlengkapan berserta kandang ketika ditangkap. "Gak ada jalan lain, harus kita evakuasi. Kami belum tahu persis titik koordinat lokasi tempat kejadian bertemu dengan si harimau tersebut," urainya.
Ditanya apa penyebab binatang tersebut kini lebih sering mendekati pemukiman warga? Joko menyebut diperlukan penelitian dan pengamatan khusus terkait itu.
’’Angkanya (harimau, Red) saya yakin banyak, tapi mengapa dia turun lalu menyerang manusia, itu perlu diamati. Mangsa dia di hutan masih memadai atau tidak. Kalau rusa dan babi hutan jarang, ya bisa saja turun,"ungkapnya.
Soal harimau ini, pihaknya tetap meminta masyarakat untuk tidak keluar atau bekerja di kebun sampai situasional diperkirakan sudah aman. "Bahkan, tim kita yang sebelumnya sudah turun sudah sampaikan kepada warga kalau belum ada kejelasan jangan ke kebon. Padahal itu malam, bingung juga malam-malam ke kebon. Yang penting saat ini adalah ketangkap dulu, kalau sudah kita bina supaya sifat buas dan liarnya hilang," pungkasnya. (nop/rnn/mel/c1/rim)