Aroma Kopi di Bawah Kaki Pesagi

Jumat 22 Dec 2023 - 21:21 WIB
Reporter : Rizky Panchanov
Editor : Rizky Panchanov

Barat, yang biasanya bakalan ada festival acara budaya nya mas.’’

Mobil mulai memasuki daerah Liwa mataku yang semula mengantuk langsung melotot ketika disambut oleh suasana hutan pinus yang ada di daerah Sumber Jaya, kemudian kami terus melanjutkan perjalanan menuju Kota Liwa, di sepanjang perjalanan aku sama sekali tidak menyangka jika yang dikatakan Mas Ilham memang benar, alam di sini masih sangat terjaga. 

Tak terasa waktu sudah menunjukkan pukul 13.00, aku dan Mas Ilham memutuskan untuk berhenti di salah satu masjid yang berada di kawasan Rest Area Sumber Jaya, aku sangat terkesan dengan bangunan yang ada di hadapanku ini, arsitekturnya sangat indah apalagi ditambah dengan suasana Puncak Sumber Jaya yang begitu sejuk, membuatku betah berlama-lama berada di tempat ini.

Setelah selesai kami kembali melanjutkan perjalanan menuju ke Liwa. Kami mulai memasuki daerah pedesaan atau masyarakat di sini menyebutnya pekon, bangunan rumah panggung tradisional Lampung dengan banyak jendela di depannya tampak berjejer di setiap pekon, dan sepertinya bulan ini masyarakat sedang di masa musim panen.

Terlihat banyak buah kopi yang sedang di jemur di halaman rumah masyarakat. Aku meminta mas Ilham untuk berhenti sebentar, ku ambil kamera dari tas ku dan ku abadikan moment ketika para ibu-ibu di pekon baru saja pulang dari kebun kopi, mereka membawa bakul berisi buah kopi di kepala sambil menggendong anak bayi di punggung mereka. Aku jadi teringat ibuku, dulu ibu juga sering beberes rumah sambil menggendongku.

Perjalanan kami lanjutkan kembali, dan akhirnya sampailah aku di Kota Liwa, sesampainya disini aku langsung disambut dengan bagungan Tugu Ara yang berdiri di jantung Kota Liwa, di sinilah biasanya pusat perdagangan dan pasar. Mobil pun berhenti di sebuah rumah bergaya minimalis yang tidak terlalu besar namun terbilang sangat nyaman, ya kami sampai di kediaman Mas Ilham.

‘’Mas Ardi, perkenalkan ini istri saya, Bu Rahma’’

‘’Bu, ini Mas Ardi beliau ini akan menginap dirumah kita malam ini,’’

Akupun mengangguk dan tersenyum kepada istri Mas Ilham

‘’Mas Ardi, mari masuk,’’ Ucap Bu Rahma

‘’Iya bu terimakasih,’’

Malam ini aku menginap di rumah Mas Ilham, dan besok pagi aku akan pergi ke Bukit Bawang Bakung untuk melihat sunrise dari sana. Perjalanan hari ini cukup melelahkan tapi rasa lelahku terbayarkan ketika aku bisa smapai ke Kota ini. Udara dingin mulai menusuk kulitku, aku membuka mata dan ternyata sudah pukul 04.00 dini hari, kuputuskan untuk bangun dan bersiap-siap untuk sholat shubuh. Sekitar pukul 05.30 pagi Mas Ardi mengajakku untuk pergi ke Bukit Bawang Bakung, kami menuju ke sana menggunakan motor dan sesampainya di puncak bukit. 

Aku sangat terkejut dengan pemandangan Awan yang ada dibawah bukit, terasa seperti berada di atas awan. Sungguh indah ciptaan tuhan di bumi ini, pikirku. Kulihat beberapa orang sibuk berfoto dengan ponsel mereka, mengabadikan indahnya pemandangan ini, aku pun tidak ingin kalah kuamil beberapa foto menggunakan lensa tele yang diberikan Farel tempo hari, dengan lensa ini aku tak perlu mendekati objek untuk memotretnya cukup dari jauh saja.

 

Sampai bidikan ku terhenti pada objek tuhan yang sangat cantik, ia sedang tersenyum dan

senyum itu mengingatkan ku dengan seseorang yang dulu pernah mengisi hatiku, mengisi

Kategori :