hari-hari ku, sampai akhirnya ia menengok kearahku. Aku tersenyum kepadanya, dan ia
juga kembali tersenyum padaku.
‘’Mas lagi liatin apa?’’ ucap mas ilham sambil menepuk pundakku
Aku tersadar dari lamunanku ‘’Oh enggak mas, pemandangannya bagus,’’ jawabku asal.
‘’Ya sudah mas, ayo kita kembali kerumah, nanti siang kita ke Kebun Raya Liwa,’’
‘’Baik mas, ayo kita kembali,”
Siang ini aku mengunjungi Kebun Raya Liwa dan dilanjutkan dengan menyantap makanan khas lampung yaitu “Seruit” kuliner yang sudah sanagt terkenal di Lampung Barat dan kemudian aku sempatkan mampir ke salah satu pusat oleh-oleh yang menjual aneka kerajinan tangan dan makanan khas Lampung Barat dan tentunya banyak sekali jenis kopi yang dijual di sini.
Aku megambil beberapa bungkus kopi robusta dengan jenis yang berbeda-beda untuk dibawa kembali ke Ibukota dan kukirimkan kepada Farel di Amerika. Sambil memilih kopi yang akan kubawa, aku sekilas mendengar percakapan seorang perempuan yang dengan pemilik pusat oleh-oleh, aku mendengar bahwa ternyata slah satu dari merk kopi disini berasal dari perkebunan milik keluarga perempuan muda itu. Ketika aku menoleh ke arah suaranya, aku terdiam menatapnya yang baru saja akan
keluar dari toko ini, wajahnya terasa tak asing bagiku, ya perempuan itu perempuan yang
sama yang tempo hari bertemu denganku di Bukit Bawang Bakung.
Senyum itu, senyum yang mirip dengan seseorang yang selalu mengajarkanku arti dari
sebuah keikhlasan Dara adik sepupu ku yang sudah berpulang menemui sang kuasa dua tahun lalu, akibat kecelakaan yang dialaminya, ia sama sepertiku suka dengan kopi karena katanya kopi membuat tenang dan membangkitkan semangat. Dulu aku dan dia mempunyai impian untuk membuka usaha caffe bersama, tetapi impian itu harus hilang bersama dengan kepergian Dara
‘’Dara, apakabar mu di surga sana? Apa kau sudah menemukan jawaban mengapa kopi bisa membuat dirimu menyukainya?” pikirku lagi.
Malam ini aku kembali berpikir tentang perempuan tadi. Sampai bunyi anjing yang memecah kesunyian malam mengusik pikiranku. Dan kuputuskan untuk kembali tidur karena besok adalah hari terakhirku di sini.
‘’Kukkuruyukk…..’’ Suara ayam di pagi hari yang dingin ini membuatku terbangun.