BANDARLAMPUNG – Pada pertengahan musim kemarau ini, jumlah nyamuk bertambah banyak. Utamanya di Kota Bandarlampung.
Plt. Kepala Dinas Kesehatan Bandarlampung Desti Mega Putri menjelaskan mengapa jumlah nyamuk di Kota Tapis Berseri semakin hari kian banyak tanpa terkecuali di 20 kecamatan yang ada.
’’Selama musim kemarau, hujan dapat terjadi secara sporadis sehingga menyebabkan genangan air kecil di berbagai tempat seperti pot tanaman, ban bekas, dan wadah lainnya. Genangan air ini meskipun sedikit tetap bisa menjadi tempat perkembangbiakan nyamuk,” kata Desti.
Terlebih lagi, kata Desti, pada momen ini nyamuk dewasa akan mencari tempat-tempat untuk bertelur. “Maka nyamuk yang biasanya bereproduksi pada musim hujan kini dapat melanjutkan siklus hidup mereka musim kemarau,” jelasnya.
Lebih lanjut, Desti juga menjelaskan mengapa hal ini tersebar merata, di mana perkembangan nyamuk ada pada setiap tempat atau rumah warga di Bandarlampung.
BACA JUGA:Cemburu Buta, Bandar Narkoba Tembak Mahasiswa
“Selama musim kemarau, nyamuk mencari tempat baru yang tidak biasanya mereka gunakan. Seperti area dengan kelembaban tinggi di sekitar tanaman atau drainase sehingga meningkatkan jumlah nyamuk yang aktif,” ungkap Desti.
Meski begitu, kata Desti, pihaknya menyebut tidak ada peningkatan kasus DBD walaupun jumlah nyamuk yang ada di Bandarlampung lebih banyak dari biasanya. “Sampai saat ini belum ada peningkatan,” katanya seraya tetap meminta masyarakat menjaga pola hidup sehat untuk menghindari penyakit tersebut.
Sebelumnya diberitakan, Dinas Kesehatan (Diskes) Bandarlampung mencatat ada 226 kasus DBD yang ada di Kota Tapis Berseri ini selama 2024.
Desti mengatakan kasus tertinggi pada Mei 2023 dengan jumlah 71 kasus. “Total update kasus DBD per 5 Juli ini ada 226 kasus. Terbanyak pada Mei 2024 dengan 71 kasus,” katanya.
Meski demikian, kata Desti, jumlah tersebut turun pada bulan selanjutnya atau Juni 2024 dengan 34 kasus. ’’Hal ini membuktikan jika upaya pencegahan yang dilakukan sejak beberapa bulan lalu membuahkan hasil. “Juni ini hanya 34 kasus dan belum ada lagi kasus yang kita data per 5 Juli ini,” katanya. (*)