METRO - Hasil panen padi di musim tanam gadu 2024 di wilayah Kelurahan Metro dikeluhkan sejumlah petani. Pasalnya, jumlah hasil panen padi tersebut jauh dari yang diharapkan.
Salah satu petani penggarap di Kecamatan Metro Pusat mengatakan bahwa hasil panen di musim gadu kali ini tak cukup banyak. ’’Iya, biasanya itu per satu hektare bisa menghasilkan gabah sampai 6 ton. Tetapi ini malah 4,5 ton saja tidak sampai,” tuturnya.
Ia mengungkapkan, saat tanam padi di musim gadu tersebut menemui sejumlah kendala. Apalagi saat mendekati panen padi, karena adanya hama burung pipit yang cukup banyak.
BACA JUGA:Jadi Simbol Pentingnya Kerukunan, Tulang Bawang Bangun Tugu Kerukunan Antar Umat Beragama
"Kalau kendalanya itu gak ada. Hanya aaja ada banyak burung pipit. Burungnya suka makanin padi. Karena ini kan nanamnya tidak bareng ya. Burung itu datang ke sawah yang sudah mau panen,” katanya.
Namun, petani juga melakukan berbagai upaya supaya burung pipit tidak mendekati sawah dengan memasang plastik yang mengkilap di sekitar sawah.
Cara tersebut dilakukan untuk mengantisipasi dan menghindari burung agar tidak mendekati areal persawahan.
"Ya upayanya begitu. Itu yang kita lakukan. Walaupun tidak terlalu ampuh, tapi seenggaknya mengurangi," ungkapnya.
BACA JUGA:Dipecat Sepihak, Karyawan PT Mega Auto Central Finance Mengadu ke Pemerintah
Sebelumnya, Kepala DKP3 Kota Metro Heri Wiratno menuturkan, saat petani menanam padi di musim gadu kali ini, memang ditemukan sejumlah kendala. Antara lain, tanaman padi banyak yang mati.
"Hambatan tumbuh. Jadi musimnya ini panas, ditambah pupuk urea, jadi tanahnya itu panas, lalu tanamannya mati," kata dia.
Selain itu, terdapat hama tanaman padi yang juga mengancam tanaman padi. Seperti burung.
"Kalau sekarang didominasi hama burung, itu yang dominan di Kecamatan Metro Selatan itu. Kalau tikus, atau wereng gak seberapa," pungkasnya. Sebelumnya, Puluhan hektar sawah milik petani di Kecamatan Negeribesar,Negarabatin dan Pakuanratu Waykanan terancam gagal panen.
Hal itu disebabkan minimnya air yang mengaliri sawah tadah hujan yang mereka miliki. Lahan persawahan yang kering setelah ditanami padi antara lain di wilayah Kampung Sribasuki dan kampung-kampung lainnya termasuk di Kecamatan Negarabatin dan Pakuonratu yang belum tersentuh irigasi.
“Kalau dalam satu minggu ke depan tetap tidak ada hujan turun, kami pastikan tanaman padi kami ini bukan lagi gagal panen akan tetapi gagal hidup karena sawahnya kering. Bagaimana tidak mati airnya saja tidak ada,“ ujar Midin salah satu petani yang dikonfirmasi Radar Waykanan (Grup Radar Lampung) saat membersihkan lahan sawahnya.