Tri Dharma Unila
Oleh:
Sumargono, S.Pd., M.Pd. (Ketua)
Yustina Sri Ekwandari, S.Pd., M.Hum.
Prof. Dr. Risma Margaretha S., M.Hum.
Rinaldo Adi Pratama, S.Pd., M.Pd.
BANDARLAMPUNG – Seiring perkembangan waktu, pendidikan di Indonesia terus memperbaiki dan mengembangkan berbagai strategi agar tercapainya tujuan pendidikan yang lebih baik dan maju.
Pengembangan kurikulum 2013 merupakan bagian dari strategi peningkatan capaian pendidikan. Orientasi penerapan kurikulum ini pada pembelajaran di sekolah adalah menekankan pada aspek pengalaman belajar yang sesuai dengan minat dan bakat serta jenjang pendidikan peserta didik.
Untuk tingkat pendidikan sekolah dasar (SD), pemerintah menerapkan pembelajaran tematik integratif. Sistem ini merupakan pendekatan pembelajaran yang mengintegrasikan berbagai kompetensi dari berbagai mata pelajaran ke dalam berbagai tema (Kemendikbud, 2013).
Pembelajaran tematik integratif memerlukan perencanaan dan organisasi agar dapat mencapai tujuan pembelajaran secara maksimal.
BACA JUGA:Puluhan Kendaraan di Metro Tak Lolos Uji Kir
Pemerintah sebagai pencetus Kurikulum 2013 sebenarnya telah menyediakan fasilitas baik bagi guru maupun siswa untuk mendukung pelaksanaan kurikulum.
Namun, fasilitas yang diberikan berupa buku ajar pegangan guru maupun buku paket untuk siswa di dalamnya masih memuat pembelajaran yang terlalu universal dan nasionalis. Belum ada yang memuat multikultural yang sifatnya kedaerahan.
Padahal, jika potensi multikultural ini dikembangkan bisa menjadi potensi sumber belajar siswa. Guru juga dapat memanfaatkan keanekaragaman di lingkungan untuk menjadi bahan ajar. Sementara siswa dapat langsung belajar dengan fenomena-fenomena di lingkungan terdekatnya atau bahkan pernah mereka lihat atau alami.