Ini harus kita pertahankan dan wariskan kepada para generasi penerus yang pada muaranya, Indonesia akan bisa senantiasa damai dan membahagiakan.
Nabi SAW bersabda: Artinya: “Yang namanya kaya bukanlah dengan banyaknya harta (atau banyaknya kemewahan dunia). Namun yang namanya kaya adalah hati yang selalu merasa cukup (bahagia).” (HR. Bukhari dan Muslim).
Keempat, anti kekerasan. Idul Fitri menjadi momentum tepat untuk menghaluskan hati dan menyingkirkan benih-benih kekerasaan yang bercokol dalam diri.
Nilai-nilai kemanusiaan yang muncul dari Idul Fitri seperti kebersamaan, saling memaafkan, kebahagiaan, dan kerukunan akan mampu memunculkan kecintaan yang pada akhirnya setiap individu akan anti terhadap kekerasan.
Kita tidak diperbolehkan melakukan kekerasan terlebih mengatasnamakan agama karena pada dasarnya, agama mengajarkan cinta dan kasih sayang.
Artinya: “Perumpamaan kaum mukmin dalam sikap saling mencintai, mengasihi dan menyayangi, seumpama tubuh, jika satu anggota tubuh sakit, maka anggota tubuh yang lain akan susah tidur atau merasakan demam.” (HR Muslim).
Moderasi beragama mengajarkan kepada setiap manusia tentang perlunya senantiasa menebarkan kedamaian dengan siapapun, dimanapun dan kapanpun.
Beragama itu menjaga, menjaga hati, menjaga perilaku diri, menjaga seisi negeri dan menjaga jagat raya ini.
Sehingga, moderasi beragama adalah cara pandang dalam beragama secara moderat, yakni memahami dan mengamalkan ajaran agama dengan tidak ekstrem, baik ekstrem kanan maupun ekstrem kiri.
Oleh sebab itu, Moderasi beragama perlu didengungkan di setiap tempat dan waktu. (gie/c1/fik)