Pembatasan Pembelian Beras Masih Berlaku di Ritel Modern

Senin 19 Feb 2024 - 16:31 WIB
Reporter : Agung Budiarto
Editor : Agung Budiarto

JAKARTA  - Pembatasan pembelian beras di sejumlah ritel modern, masih diberlakukan hingga hari ini, Minggu (18/2).

Bahkan, di sejumlah minimarket di kawasan Pancoran, Jakarta Selatan, stok beras 5kg masih belum tersedia.

Berdasarkan pantauan JawaPos.com, beras yang tersedia di Indomaret Tegal Parang, Jakarta Selatan hanya berukuran 2kg. Itupun tinggal tersisa kurang dari 20pcs di rak.

Lantas, sampai kapan pembatasan pembelian beras ini akan diberlakukan di ritel modern?

BACA JUGA:Waspada, Kondisi Ekonomi Sulit Menanti Jelang Ramadhan

Terkait itu, Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) Roy Nicholas Mandey mengatakan kemungkinan besar pembatasan pembelian beras di ritel modern masih akan dilakukan hingga waktu panen raya tiba.

Selain itu, pembatasan pembelian beras juga mungkin baru akan berhenti dilakukan jika stok impor beras di tanah air sudah masuk semua.

"Pembatasan ini kelihatannya kalau dalam suasana sekarang yang belum panen, dan kemudian impor belum masuk semua, pasti kita akan jalankan terus," kata Roy Nicholas Mandey kepada wartawan, beberapa waktu lalu.

Sementara itu, Kepala NFA Arief Prasetyo Adi mengatakan pihaknya akan mempersiapkan panen besar yang kemungkinan ada di Maret. Fokusnya adalah menjaga harga di tingkat petani agar tidak mengalami depresiasi berlebihan.

BACA JUGA:Cegah DBD, Diskes Pesawaran Imbau Lakukan PSN

"Nah bulan depan, ini kita mulai sekarang sudah harus siapkan bagaimana menjaga harga di tingkat petani supaya tidak jatuh. Biasanya kalau panennya sudah mulai di atas 2 juta sampai 3 juta ton, harga gabah di tingkat petani mulai jatuh. Jadi ini yang harus kita jaga," ungkapnya.

"Perintahnya Bapak Presiden ke kami, agar menjaga harga di tingkat petani supaya petani kita juga semangat nandur, semangat nanam. Lalu menjaga juga di pedagang supaya ada stoknya dan juga harga di tingkat konsumen agar terus dijaga pula," tutupnya.

Sebelumnya Pedagang beras di Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah, Aryati mengaku kesulitan berdagang karena kenaikan harga beras. Dia menyebutkan harga beras akhir-akhir ini naik Rp2.000 per kilogram.

Dipantau dari Antara, di pasar tradisional di Temanggung, Sabtu (17/2), harga beras dengan kualitas premium maupun medium di tempat ini mengalami kenaikan hingga Rp2.000 per kg.

BACA JUGA:Lagi, Sirekap KPU Tuai Persoalan lantaran Data Tak Sesuai C 1

’’Medium kalau yang dari Bulog SPHP kami jual Rp10.950 per kilogram, kalau yang dari gilingan jenis medium dijual Rp14.000 sampai Rp14.500 per kilogram. Kemudian kalau jenis premium kami jual Rp15.000 sampai Rp15.500 per kilogram," kata Aryati.

Menurut dia, kenaikan harga beras ini sudah mulai dirasakan sejak bulan lalu. Aryati mengaku kenaikan harga beras ini imbas dari banyak petani yang gagal panen dan distribusi beras terganggu akibat banjir yang melanda di kawasan sentra penghasil padi.

"Untuk mencari bahan sekarang susah juga karena terkendala banjir. Jadi yang harusnya muatan dari Demak, Purwodadi itu kan sentra penghasil padi. Di daerah tersebut sudah masuk panen namun terdampak banjir sehingga banyak yang mengalami gagal panen, selain itu banjir juga menghambat distribusi beras ke daerah-daerah," katanya.

Aryati mengatakan karena kenaikan beras para pembeli tidak berani membeli dengan jumlah banyak dan mencari beras yang lebih murah. Selain itu naiknya harga beras juga berpengaruh dengan menurunnya omset penjualan.

BACA JUGA:Main-Main dengan Narkotika, Empat Tersangka Berurusan dengan Polisi

Dia berharap agar pemerintah segera turun tangan untuk menstabilkan harga beras di pasaran.

"Agar harga bahan pokok ini tidak memberatkan masyarakat," ungkap Aryati.

Kepala Dinas Koperasi, UMKM, dan Perdagangan Kabupaten Temanggung Entargo Yutri Wardhono menyampaikan untuk mengatasi kenaikan harga beras tersebut Pemkab Temanggung telah menjalin kerja sama dengan Bulog.

"Pada Senin (19/2) akan dilaksanakan operasi pasar di Plaza Temanggung oleh Bulog," kata Entargo.

Sebelumnya Pemerintah memutuskan untuk mengimpor 1,6 juta ton beras untuk memenuhi kebutuhan domestik.

BACA JUGA:Peringatan Isra Mikraj, Ini Kata Staf Ahli Bupati Lamsel!

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan impor beras dilakukan akibat mundurnya masa panen selama dua bulan.

’’Seharusnya pada Maret-April itu sudah panen raya, sekarang mundur ke April, Mei, dan Juni sehingga produksi menurun dan pemerintah kemarin memutuskan untuk melakukan impor,” ujar Airlangga di Jakarta.

Selain merealisasikan impor, pemerintah juga meningkatkan akan distribusi beras Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan (SPHP) dari 150 ribu ton menjadi 250 ribu ton.

Menurutnya, untuk mempermudah distribusi, paket beras SPHP dapat dikemas ulang dengan berat yang disesuaikan.

“Biasanya ‘kan SPHP kiloannya 5 kilogram. Jadi, untuk beberapa wilayah silakan didistribusi dalam kiloan yang lebih besar dan di lapangan diberi kesempatan untuk melakukan pengemasan ulang dari 50 kilogram atau 25 kilogram menjadi 5 kilogram," ucap Airlangga.

BACA JUGA:Dua Gol Hojlund ke Gawang Luton Antar Manchester United Dekati Empat Besar

Biaya pengemasan ulang tersebut akan diganti oleh pemerintah.

“Kemarin itu solusi-solusi yang disampaikan,” katanya.

Airlangga pun mengingatkan bahwa upaya-upaya ini perlu dilakukan karena situasi perekonomian global di masa mendatang masing belum membaik.

“Jadi, pertumbuhan ekonomi global masih akan turun,” ujar Airlanga.

Pemerintah mulai bertindak untuk menangani gejolak harga beras. Perum Bulog memercayakan Satgas Pangan Polri untuk mengatasi pelanggaran hukum yang mungkin terjadi terkait beras yang berakibat pada gejolak harga.

BACA JUGA:Tiga Pembalap Ini Diwaspadai Marc Marquez

Direktur Utama Perum Bulog Bayu Krisnamurthi mengatakan bahwa pihaknya hanya bertanggung jawab dalam memastikan harga beras stabil di pasaran tanpa merugikan masyarakat. ’’Kalau ada pelanggaran hukum ya itu tugasnya kepolisian, Bulog enggak ikut, karena ada beberapa sudah terjadi kan peristiwa yang lalu. Misalnya pelanggaran terhadap undang -undang merek dan pelanggaran terhadap misalnya undang -undang soal penimbunan,” kata Bayu,

Bayu menyatakan bahwa Bulog mengutamakan perannya dalam menjaga stabilitas harga pasar, juga memperhatikan kualitas dan ketersediaan beras dalam memenuhi kebutuhan masyarakat.

“Kalau Bulog gaya fighting-nya kan fighting market. Kita fighting-nya adalah fighting supaya antara langkah dia (distributor, ritel, pedagang) secara bisnis dengan kita justru tidak merugikan masyarakat. Jadi, Bulog bisa meredam apa yang dikatakan profit taking yang berlebihan,” kata Bayu.

(jpc/abd)

 

Artikel ini sudah tayang di jawapos.com dengan judul:

Sampai Kapan Pembatasan Pembelian Beras Berlaku di Ritel Modern? Begini Kata Asosiasi

 

Kategori :