TRI DHARMA UNILA
Oleh:
- Prof. Dr. Ir. Sugeng P. Harianto, M.S.
- Surnayanti, S.Hut., M.Si.
- Machya Kartika Tsani, S.Hut., M.Sc.
Fakultas Pertanian Universitas Lampung
BERDASARKAN SK Menhut No. 408/Kpts-II/93, Taman Hutan Rakyat (Tahura) Wan Abdul Rachman (WAR) dikelola Pemerintah Daerah Provinsi Lampung sesuai UU No. 22 Tahun 1999, PP No. 25 Th. 2000, Keputusan Menhut No. 107/Kpts-II/2003 serta Keputusan Gubernur Lampung No. 03 Tahun 2003. Hutan ini merupakan kawasan hutan konservasi berbasis masyakarat sehingga untuk pengelolahan lahannya ada partisipatif pemerintah dan masyarakat.
Salah satu desa penyangga Tahura WAR yaitu Desa Talangmulya. Karena itu, sebagian besar masyarakatnya memiliki areal garapan di hutan tersebut.
BACA JUGA:Tren Positif Suprapto-Fuad Ancam Elfianah di Posisi Teratas
Indriyanto et al. (2017) dalam penelitiannya menemukan bahwa teridentifikasi 31 jenis tanaman penyusun tegakan hutan areal garapan petani yang didominasi oleh tanaman kopi, karet, kakao, dan tangkil di Tahura. Banyaknya jenis tanaman yang ditanami petani hutan Desa Talang Mulya itu menyebabkan jika musim panen tanaman tertentu selain menghasilkan banyak hasil panen, juga menghasilkan limbah yang banyak.
Untuk mengatasi masalah pengelolaan limbah tersebut bisa dengan cara pengelolaan pupuk kompos. Yaitu produk yang hasilkan dari dekomposisi bahan organik dengan bantuan mikroorganisme pengurai (Novita, Andriyani, Romadona, 2020). Pada cara kerjanya, pupuk kompos bersifat secara terkontrol serta alami yang akan mengubah suatu biomassa segar menjadi kompos yang dapat berfungsi dalam memperbaiki kualitas tanah dan menjaga nutrisi pertumbuhan tanaman.
Akan tetapi selama ini, ungkap Prof. Dr. Ir. Sugeng P. Harianto, M.S., ketertarikan masyarakat terhadap kompos masih sangat kurang karena pada kenyataannya masyarakat mengalami kesulitan aplikasian pupuk kompos. Selain itu, kompos dianggap masyarakat belum memiliki nilai jual lebih.
Sementara menurutnya ada beberapa produk turunan kompos. Yaitu kompos blok dan souvenir edukasi. Dimana, pembuatan kompos blok merupakan inovasi turunan dari pupuk kompos. ”Tujuan kompos blok untuk mempermudah dalam mengaplikasikan kompos sebagai media tanam atau sebagai penambahan unsur hara tanaman,” terang Sugeng yang juga mantan Rektor Universitas Lampung (Unila) ini kepada Radar Lampung, Minggu (10/11).
Sedangkan, lanjutnya, souvenir edukasi merupakan pupuk kompos yang dapat diolah dan ditingkatkan nilainya melalui pembuatan kompos dan media tanam dalam bentuk boneka bagi tanaman padi, wheatgrass, gandum dan juga sengon. Kompos blok dan souvenir edukasi tersebut menurutnya seperti yang telah dibuat pada penelitian sebelumnya.