Media Tanam dengan Kayu Semakin Mempercantik Tanaman

MAKIN CANTIK: Tanaman yang ditanam dengan media kayu untuk mempercantik tampilan. -FOTO DOK HERI SUSANTO -

SEMAKIN berkembangnya tren dalam dunia tanaman, memanfaatkan kayu sebagai media tanam menjadi salah satu pilihan yang digemari. Selain perawatan yang mudah, konsep kayu  turut menonjolkan sisi estetisik dalam segi penampilan. Kayu kamboja maupun sonokembang bisa menjadi pilihan.

Mememilihara tanaman tidak selalu harus menggunakan metode konvensional. Apalagi untuk penghobi tanaman yang tidak suka menjadikan pot sebagai media tanam. Ternyata ada tren menarik yang mulai digandrungi sebagian penghobi. Yakni, dengan memanfaatkan kayu sebagai media tanam untuk menciptakan tampilan yang lebih unik dan estetis.

Heri Susanto seorang penghobi tanaman asal Surabaya, sudah menekuni konsep tersebut selama bertahun-tahun. Tidak sedikit orang yang akhirnya menjadi pelanggan tetapnya karena terkesima dengan hasil tangannya. Memiliki karakteristik unik dengan perawatan yang sama sekali tidak merepotkan. ”Ada sekitar lima tahun. Banyak kafe atau perorangan yang pakai,” ujarnya kepada Jawa Pos. 

Menurut Heri, kayu bisa digunakan sebagai media tanam di hampir semua jenis tanaman. Tetapi, dia lebih sering menggunakan beberapa jenis tanaman tertentu yang umum ditemui. Mulai Platycerium, Anggrek, Tillandsia, bahkan di kawasan Eropa mulai banyak yang menggunakan tanaman sukulen. ”Paling umum memang tanaman itu, tapi tidak tertutup kemungkinan tanaman yang lain,” kata dia.

BACA JUGA:Mengenal Anabul Kootie, Kucing Persia yang Pintar Bicara”Makan” Bila Lapar

Tren itu menunjukkan masih banyak peluang yang dapat dieksplorasi untuk pengembangan konsep tersebut. Tak usah khawatir, penggunaan kayu sebagai media tanam tak mengganggu pertumbuhan tanaman. Asalkan, tanaman tetap mendapatkan perawatan dan penyiraman rutin secara berkala.

”Tanamannya enggak mati, memang butuh jenis yang cocok seperti Platycerium kadaka,” ungkapnya.

Lantas, kayu jenis apa yang paling cocok untuk mendukung konsep itu? Menurut Heri, karakteristik kayu itu haruslah kuat dan memiliki bentuk yang estetik. Tentu saja, semua bergantung keinginan dan bujet dari konsumen. Kalau sudah tidak memikirkan biaya, konsumen sudah pasti memilih kayu kualitas istimewa. ”Pakai limbah kayu yang sudah mengering,” tutur pria 52 tahun tersebut.

Kayu yang paling sering digunakan Heri adalah sonokembang dan kayu kamboja. Heri tak pernah menggunakan kayu jati. Memang kayu jati termasuk kuat, tetapi tidak memiliki karakteristik yang dicari. ”Setiap kayu itu punya bentuk dan daya tahan masing-masing,” jelas dia.

BACA JUGA:Bertanam Aubergine Violetta Di Firenze si Ungu yang Manis dari Italia

Pemilihan kayu itu tak boleh sembarangan dan harus menyesuaikan jenis tanaman. Salah-salah malah membuat tanaman atau kayu saling menutupi sehingga ukuran dan bentuknya harus proporsional. Sekaligus menyesuaikan bentuk dan ukuran ruangan. Bisa di kamar, ruang tamu, taman, ataupun teras.

”Biasanya, kalau di taman atau kafe sering dikombinasikan dengan adanya kolam supaya terkesan nuansa hutan,” terang Heri. Gaya atau style pembuatan dari setiap penghobi tidaklah sama. Namun, rata-rata mereka terinspirasi dari alam sehingga menonjolkan kesan natural. 

Alhasil, jarang yang melapisi kayu tersebut dengan pelitur lantaran menghasilkan tampilan yang mengilap. Alternatifnya, menggunakan pelapis yang lebih ringan bersifat water-based. ”Proses cari kayu bisa hunting dari alam atau beli ke perajin kayu,” paparnya.

Saat ini tren tersebut mulai digandrungi banyak penghobi, terlebih dengan harga yang bervariasi. “Ada yang paling murah itu Rp 40 ribu hingga yang paling mahal hingga Rp 10 juta,” jelas pemilik Gembong Javanicus itu.(jpc/nca)

Tag
Share