JAKARTA - Indonesia memiliki potensi besar untuk cadangan energi nasional. Yaitu, baru ditemukannya South Andaman dan Geng North. Dengan penemuan itu, Indonesia memiliki hampir separo dari cadangan gas bumi di Asia Tenggara. Tentunya meningkatkan minat investor global untuk menjadikan Indonesia sebagai salah satu tujuan investasi.
Country Head Indonesia Rystad Energy Sofwan Hadi mengatakan, dukungan berbagai pihak terhadap potensi sumber daya ini bersifat mendesak, agar Indonesia tidak kehilangan momentum dalam mencapai ketahanan energi nasional.
Menurut Sofwan, tantangan Indonesia adalah dukungan untuk memonetisasi potensi sumber daya itu. “Kondisinya peluang ada, potensi sangat besar, tetapi bagaimana proyek ini bisa berjalan sehingga dapat meyakinkan investor global. Itu yang harus menjadi prioritas saat ini,” kata Sofyan dalam diskusi media terbatas di Jakarta beberapa hari lalu.
Salah satu dukungan utama yang mendesak dilakukan adalah menciptakan kebijakan fiskal yang tepat, termasuk insentif dan tax regime yang bisa memastikan keekonomian proyek migas ke depan. Lebih penting lagi keleluasaan bagi Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) terkait pilihan production sharing contract (PSC) gross split atau kembali ke cost recovery.
“Ini bisa menjadi pilihan yang bagus untuk KKKS karena karakteristik setiap wilayah kerja berbeda dan membutuhkan PSC yang berbeda. Selain itu, insentif berdasarkan waktu (time-based incentive) juga bisa mendorong percepatan monetisasi proyek,” kata Sofwan.
Kepala Divisi Program dan Komunikasi SKK Migas Hudi D. Suryodipuro mengatakan, pihaknya terus mendorong agar monetisasi proyek-proyek yang telah dan akan berjalan dapat segera terwujud. “SKK Migas dan seluruh KKKS terus bekerja sama mengembangkan potensi migas di Indonesia untuk memperkokoh peran industri hulu migas sebagai salah satu pilar ketahanan energi,” ujar Hudi.
SKK Migas mencatat peningkatan realisasi produksi migas hingga 15 Agustus 2024 mencapai 1.873 ribu barel setara minyak per hari (BOEPD) atau meningkat sekitar 3,4 persen dibandingkan realisasi pada periode yang sama tahun 2023 (1.811 ribu BOEPD).
Secara bulanan, hingga pertengahan Agustus 2024 produksi minyak dan gas mencapai 1.860 ribu BOEPD atau naik sekitar 3,5 persen dibandingkan pada data bulanan yang sama (1.797 ribu BOEPD).