Welcome To Tir Na Nog
“Sshh.. sudah dulu ya manisku..” Elf itu menaruh jari di mulutnya “Manisku, lebih baik kau pergi sekarang sebelum terlambat ya...” ucapnya tersenyum manis. Pemuda itu mengganggukkan kepala dan berdiri sembari diikuti oleh Elf itu, lalu dia membungkuk dan meraih tangan Elf kecil itu dan mencium tangannya.
“Ingatlah penjaga kuil yang terhormat bahwa ksatria ini akan menaklukkan semuanya yang mencoba mengganggu kedamaian di tanah suci ini” tersenyum, dia segera berjalan menjauh dan sebelum berjalan lebih jauh ke dalam hutan pemuda itu melambaikan tangan dan tersenyum berteriak “tunggulah aku Elf kecil penjaga kuil!!”. “percayakah kalian para Elf bahwa kalian akan menang kali ini? Haha, aku akan menang kali ini” Elf itu bicara pada pepohonan.
Lanjut setelah matahari mulai di atas ujung pohon cemara, panas terik adalah siksaan bagi manusia manapun bukan? Ntah ilusi atau bukan yang menanti tak ada yang tau.
Pemuda itu terus berjalan masuk ke dalam hutan sampai ke sebuah lapangan rumput kecil yang terdapat banyak bunga putih cantik.
Dia duduk bersandar ke pohon ek tua dan di dekatnya mekar bunga putih tadi, dia menatap bunga itu sambil minum dari kantung airnya yang terbuat dari kulit sapi, selesai itu si pemuda memberikan air juga pada bunga putih itu walau sedikit tapi, hal mengejutkan terjadi, bunga itu menjadi transparan!
“Thank you little man”
Ucap seorang gadis kecil dengan bunga putih sama di sekitar rambutnya yang mekar tapi sayangnya bahasanya itu sangat aneh dan tak pernah dia pelajari. “Mungkinkah itu adalah para... NIMFA?!” Pikir pemuda itu khawatir tapi dia juga penasaran jadi dia mengikuti Nimfa itu ketengah-tengah lapangan dan tetiba muncul para Nimfa berlarian memutari pemuda itu dan bersenandung lesu tapi juga ceria dalam satu waktu, “ini aneh tapi aku menikmatinya” katanya dalam hati.
Mereka mulai berbaris di depannya dan menari juga mulai mengeluarkan not-not musik yang melayang mengikuti gerakan mereka. Mereka mengtakan sesuatu dengan bahasa yang asing di telinga pemuda yang takjub serta bingung itu, dia hanya terdiam terpaku di tengah lapangan rumput itu.
“Bagaimana ini? Apakah mereka Nimfa itu? Aku harus kabur kalau begini, tapi rasanya aku tak bisa lari, seperti yang ada menghentikanku untuk lari, bagaimana ini?” pikirannya dalam hati bertabrakan antara dia takjub juga panik di tempat indah itu.
Kalian pasti bingung jika tak tau tapi akan berpikir keras jika tau, tapi ingat penulis-pun tak sebaik itu untuk memberitahu...
“Beware the fog, beware the time
Beware the woman who gives you smile