Welcome To Tir Na Nog
“Hah.. tak bisakah kau paham manusia bahwa para Nimfa adalah makhluk yang bahkan bisa membunuh kami dan mereka juga sering mengambil makanan milik Elf kami dan jika Elf kami mati maka, semua makhluk di tanah ini juga ikut mati" ucap gagak dengan tenang yang masih bertengger di dahan itu. Secara tak langsung pemuda bodoh itu mulai berpikir bahwa Nimfa tadi tak mungkin melakukan itu tapi dia juga bingung tak mungkin Elf yang sangat terhormat bisa berbohong, tapi sebelum dia menyimpulkan, perkamen tadi sudah terbakar dengan api biru dan pemuda bodoh itu hanya bisa terdiam kaget.
Abu perkamen itu terbang ke udara dan segera 2 burung itu terbang pergi ke arah yang berlawanan dari jalan pemuda itu. Tapi apa yang pemuda itu lakukan setelahnya? Tentu saja dia hanya bisa pasrah dan berjalan ke tujuannya yaitu ‘kegelapan’ .
Pemuda itu terus berjalan, berjalan, dan berjalan dan tak terasa langit berubah warna menjadi oranye, langit telah dimakan matahari lalu akan segera berpindah di tangan bulan.
Dia merasa aneh juga bingung karena setelah lama sekali dia berjalan menyusuri hutan belum terlihat ‘kegelapan’ yang dimaksud, tapi sesaat dia berpikir dengan bingung dia telah diselimuti dengan kabut, dia tak bisa melihat apapun di sekelilingnya.
“Sialan, kabut dari mana ini? Pasti ada kaitannya dengan para Nimfa itu, hah... seandainya aku segera merebut perkamen itu dan membacanya..” Pikirnya dengan wajah kusut, tapi sesaat setelahnya kabut itu menghilang.
Perasaanya segera lega sekaligus sedikit bingung tapi mau bagaimanapun dia harus segera melanjutkan perjalanan sebelum hari benar-benar gelap.
Apakah yang akan terjadi selanjutnya hanya dewa Tir na nog yang tau dia yang memberikan harapan akan segera datang dengan kudapan
Menyusuri jalanan hutan yang akan segera termakan gelap, pemuda itu hanya bisa terus berjalan walau lelah setidaknya dia harus mencari tempat yang pas untuk berkemah. Tapi, sejauh ataupun selama apapun dia berjalan rasanya dia selalu kembali ke tempat yang sama.
“Ini aneh, rasanya aku sudah melewati jalan hutan bagian ini” terbingung dengan situasi, dia segera mendapat ide untuk menandai tempat yang sudah dia lewati dimulai dengan pohon di sisinya dengan ukiran tanda X.
Waktu seakan berhenti karena dari tadi sore sudah terlihat tandanya di langit namun, malam tak segera muncul.
Dia ingin beristirahat tapi tubuhnya tak mau berhenti berjalan, dia haus tapi tak bisa minum, dia merasakan sakit di dadanya seakan udara takmau masuk ke dalam paru-parunya.
Tapi dia tahu bahwa dia terus memutari tempat yang sama berulang kali tanpa akhir, dia pada akhirnya terjatuh, ohh pemuda malang seharusnya dia tak perlu banyak memikirkan wanita dan emas.
Pada akhirnya waktu berlalu malam disaat dia segera terjatuh tergeletak tak berdaya dengan rasa lapar dan haus menggerogoti. Tapi, tanpa dia sadari hanya sehari waktu berlalu dia terbangun dengan di tempat yang sama dikelilingi oleh para Elf.
“Sudah kubilang bahwa aku akan memenangkan taruhan bukankah begitu? Hahaha” Di sana terlihat Elf penjaga kuil tertawa dengan sombongnya di hadapan 3 Elf tetua dari tempat pemanggilan.