KOTABUMI - Oknum pemborong proyek Jembatan Gantung Sidomulyo di Desa Tanjungbaru, Kecamatan Bukitkemuning, Kabupaten Lampung Utara (Lampura), ditengarai dapat perlakuan khusus dari BPJN Provinsi Lampung. Pasalnya, pekerjaan diduga asal jadi dan sarat korupsi seperti mendapat restu dan didukung oknum terkait di Balai Pelaksanaan Jalan Nasional (BPJN) Lampung tersebut.
Pekerjaan belum sepenuhnya selesai. Namun fakta di lapangan, bangunan jembatan sudah diserahterimakan sementara oleh tim PHO dan oknum PPK BPJN Provinsi Lampung.
Berdasarkan pengakuan pengawas lapangan sebelumnya, Dedi Eko Wibowo, pekerjaan tersebut telah diserahterimakan sementara (provisional hand over) pada 20 Desember 2023. Namun, dia juga tidak membantah pekerjaan tersebut belum sepenuhnya selesai. Dia mengatakan masih ada pekerjaan tambahan yang belum selesai dan pihak rekanan sudah meminta tambahan waktu (adendum) selama 50 hari dari selesainya masa kontrak kerja.
“Sudah PHO pada 20 Desember 2023. Tetapi memang betul ada pekerjaan tambahan yang belum diselesaikan dan pihak pemborong sudah meminta tambahan waktu (adendum) 50 hari. Tetapi, ini saya enggak tahu ada tambahan waktu lagi atau enggaknya. Coba nanti saya tanya dulu ke kantor,” ungkapnya saat dikonfirmasi melalui teleponnya, Rabu (17/4).
BACA JUGA:Ini Pesan Wali Kota Bandar Lampung Kepada 1.564 CJH Bandar Lampung
Masih menurutnya, mulai pekerjaan rabat beton dan TPT yang diklaim belum selesai, dirinya mengatakan bahwa pekerjaan tersebut tidak ada dalam RAB dan gambar rencana kerja. Termasuk pekerjaan bronjong memang tidak dianggarkan karena ada pemangkasan nilai pagu anggaran dari sekitar Rp7 miliar lebih menjadi Rp5,6 miliar. Sehingga untuk menghindari kelongsoran bakal ditancapkan bambu untuk menahan tanah.
“Beronjong itu memang tidak ada pekerjaannya. Kalau rabat beton dan TPT hanya di arah Sidomulyo yang dikerjakan. Ke arah Dusun Halampam sebenarnya tidak ada, itu hanya tambahan dari pemborongnya. Lampu tenaga surya juga tidak ada, itu dulu pas perencanaannya karena ada pengurangan anggaran jadi tidak ada (realisasi) pekerjaan,” jelasnya.
“Yang longsor itu nanti rencananya mau dipasang (tancap) bambu untuk nahan supaya (tanah) enggak longsor,” timpalnya.
Sementara hasil investigasi tim wartawan koran ini di lapangan menemukan sejumlah pekerjaan yang belum rampung meski sudah PHO. Mulai pengerjaan jalan rabat beton hingga pembersihan sisa material dilokasi pekerjaan.
BACA JUGA:Waspada, Beberapa Pantai di Lampung Berbahaya!
Tak hanya itu, penggunaan material besi dinding pembatas diduga tak sesuai spesifikasi teknis. Pada pekerjaan rabat beton diduga dikerjakan asal jadi tanpa memperhatikan keselamatan pengendara. Tanjakan-turunan curam tidak dilakukan penanganan teknis sehingga membahayakan keselamatan warga yang melintas, terlebih jika musim penghujan tiba.
Menurut penuturan warga yang lewat, mereka merasa was-was jika melintas saat musim hujan tiba. Sebab, jalan rabat beton tersebut licin dan sulit untuk dilalui.
“Kirain proyeknya belum selesai, soalnya jalan disini masih parah, apalagi dinding tebing pada longsor. Itu liat sendiri Mas, longsor semua, pohon-pohon besar itu akarnya sudah kelihatan menggantung. Mana jalannya licin pas hujan kemarin, kalau rem motor enggak pakem, bisa masuk jurang,” kata Ujang, warga yang baru saja pulang dari kebun, Selasa (16/4).
Dia juga kaget setelah mengetahui anggaran proyek jembatan tersebut mencapai miliaran rupiah berada di tengah perkebunan yang akses jalannya masih jalan setapak dan kondisinya sangat memprihatikan.
BACA JUGA:Arus Balik 546.139 Orang Tinggalkan Sumatera Melalui Pelabuhan Bakauheni Lampung