Puan Minta Evaluasi Total Program Makan Bergizi Gratis Usai Ribuan Kasus Keracunan

Ketua DPR RI Puan Maharani meminta evaluasi menyeluruh program Makan Bergizi Gratis setelah ribuan siswa mengalami keracunan di 17 provinsi. -FOTO DISWAY -
JAKARTA – Ketua DPR RI Puan Maharani angkat bicara terkait insiden keracunan yang menimpa ribuan siswa dalam pelaksanaan program Makan Bergizi Gratis (MBG) di sejumlah daerah.
Berdasarkan data, sejak Januari hingga September 2025 tercatat 5.626 kasus keracunan di 17 provinsi.
Puan menilai kejadian tersebut harus menjadi perhatian serius pemerintah dan seluruh pihak terkait. ’’Harus selalu dilakukan evaluasi untuk ditindaklanjuti agar pelaksanaan di lapangan bisa lebih baik dan jangan sampai anak-anak yang dirugikan,” kata Puan di gedung DPR RI, Senin (22/9).
Ia menekankan bahwa menjalankan program MBG bukanlah hal mudah, sehingga diperlukan langkah evaluasi total agar penyediaan makanan benar-benar aman dan efektif.
’’Memang tidak mudah melaksanakan MBG. Karenanya pihak-pihak terkait harus bisa melakukan evaluasi menyeluruh,” tegasnya.
Seperti diketahui, beberapa sekolah di berbagai daerah melaporkan adanya dugaan keracunan makanan yang dikonsumsi siswa dalam program tersebut. Kasus ini menimbulkan kekhawatiran publik mengenai standar keamanan makanan yang disediakan.
Puan berharap pemerintah segera memperbaiki sistem distribusi serta pengawasan makanan agar kejadian serupa tidak kembali terjadi.
Sebagai informasi, MBG merupakan program prioritas pemerintahan Presiden Prabowo Subianto untuk meningkatkan pemenuhan gizi anak sekolah. Namun, dalam RAPBN 2026, alokasi transfer ke daerah justru mengalami pemangkasan, dari Rp864,1 triliun pada APBN 2025 menjadi Rp650 triliun.
Wakil Ketua Komisi IX DPR RI Yahya Zaini menilai Badan Gizi Nasional (BGN) bersama DPR serta pihak-pihak terkait harus mencari solusi dan alternatif pengelolaan MBG agar masalah keracunan massal tak terjadi lagi.
Misalnya, menunjuk pihak sekolah untuk menyediakan menu MBG yang kualitasnya lebih terjamin dan fresh saat disajikan kepada para siswa.
“Mengingat banyaknya kasus keracunan, perlu dipikirkan alternatif MBG dikelola sekolah bersama komite sekolah,” kata Yahya Zaini dalam keterangannya, Senin 22 September 2025.
Seperti diketahui, saat ini MBG melibatkan mitra seperti yayasan dan UMKM untuk operasional dapur dan penyaluran makanannya.
Yahya mengusulkan agar pengelolaan diberikan kepada masing-masing sekolah untuk mengantisipasi berbagai persoalan yang ada, sekaligus karena pihak sekolah lebih memahami karakter anak-anak didiknya yang mendapat fasilitas program MBG.
“Karena akan lebih terjamin higienitas dan keamanannya serta sesuai selera anak-anak sekolah. Mereka sudah paham selera anak-anak sekolahnya,” sambungnya.