Apalagi pasca perhelatan demokrasi Pemilu lalu, hendaknya semua pihak akan mampu saling menghormati dan menghargai perbedaan dengan tidak meninggalkan keperdulian untuk saling mengingatkan dalam kebaikan.
Walaupun saat ini kebenaran terkadang tergantung dimana tempat seseorang itu berdiri. Imam Al Ghozali dalam kitabnya Ihya Ulumuddin mengatakan, bahwa kebaikan itu ada 3 tingkatan. Pertama baik menurut diri sendiri, kedua baik menurut orang lain, dan ketiga baik menurut Allah SWT.
Logikanya adalah, baik menurut diri sendiri belum tentu baik menurut orang lain, baik menurut orang lain juga belum tentu baik menurut diri sendiri dan belum tentu baik menurut Allah SWT.
Karena bila kebaikan itu menurut manusia akan susah ditemukan kebenarannya sebab sudah tabiat manusia selalu ingin tampil baik, selalu ingin yang terbaik bahkan marah bila tidak dibilang baik.
Maka dari itu, Puasa mengajarkan kepada manusia bahwa kebaikan dan kebenaran harus menurut Allah. Sebab, kebenaran dan kebaikan menurut Allah tidak akan pernah merugikan orang lain.
QS 2- Al Baqarah: 216. Artinya: Boleh jadi kamu menyukai sesuatu padahal itu tidak baik bagimu, tapi boleh jadi kamu membenci sesuatu padahal itu baik bagimu. (*)