Berkelahi, Siswa SMP di Pesisir Barat Tewas

Senin 29 Sep 2025 - 21:08 WIB
Reporter : Tim Redaksi
Editor : Yuda Pranata

Sementara itu, aparat kepolisian bergerak cepat menangani kasus ini. Kapolres Pesisir Barat, AKBP Bestiana, S.I.K., M.M., melalui Kapolsek Pesisir Selatan, Iptu Juni Rosiwan, S.Sos., membenarkan bahwa pihaknya telah melakukan olah tempat kejadian perkara (TKP). Namun, ia belum dapat memberikan keterangan lebih rinci terkait detail perkelahian maupun penyebab pasti kematian korban.

“Betul, saat ini kami masih melakukan olah TKP. Proses penyelidikan masih berlangsung sehingga kami belum bisa menyampaikan informasi lebih detail. Setelah ada perkembangan, nanti akan kami sampaikan secara resmi,” kata Juni Rosiwan singkat.

Hingga berita ini diturunkan, pihak sekolah, dalam hal ini Plt. Kepala SMPN 12 Krui, Minsyahrudin, S.Pd., belum berhasil dimintai keterangan. Upaya konfirmasi yang dilakukan melalui sambungan telepon belum mendapat respons meskipun nomor ponselnya dalam keadaan aktif.

Terpisah, Kepala Disdikbud Provinsi Lampung, Thomas Amirico, menyampaikan keprihatinan mendalam dan menegaskan bahwa kejadian ini harus menjadi evaluasi serius bagi semua pihak, terutama pengelola sekolah di tingkat SMP yang berada di bawah kewenangan kabupaten/kota.

“Guru, kepala sekolah, dan seluruh unsur di sekolah harus lebih memperhatikan siswanya saat jam pelajaran dan di area sekolah. Untuk jenjang SMP sederajat memang menjadi kewenangan pemerintah kabupaten/kota. Namun ini tetap merupakan tugas kita bersama,” ujar Thomas saat dihubungi Radarlampung.co.id, Senin 29 September 2025.

Thomas menekankan bahwa pengawasan bukan hanya soal fisik, tetapi juga pembinaan karakter dan perilaku siswa. Menurutnya, pendidikan etiket dan pengendalian emosi harus menjadi bagian dari budaya sekolah.

“Agar kejadian serupa tidak terulang, artinya etiket, karakter, dan perilaku ini yang mesti sama-sama kita benahi. Siswa harus diajarkan saling menghargai, saling toleransi, tidak boleh cepat baper, dan mampu menyelesaikan masalah tanpa kekerasan,” tegasnya.

Ia menambahkan, harmonisasi di lingkungan sekolah bisa terwujud jika seluruh pihak—guru, tenaga kependidikan, orang tua, dan pemerintah daerah—membangun komunikasi dan pengawasan yang konsisten.

Terkait upaya pencegahan agar peristiwa serupa tidak terulang, Thomas menyoroti pentingnya penanaman karakter dan etika sejak dini.

“Artinya etiket, karakter, perilaku ini yang mesti sama-sama kita coba benahi supaya saling menghargai, saling toleransi. Tidak boleh cepat baper dan lainnya, sehingga harmonisasi di sekolah bisa terjadi,” jelasnya.

Ia menekankan bahwa penanganan persoalan disiplin dan perilaku siswa bukan hanya tanggung jawab individu pendidik, tetapi memerlukan kolaborasi seluruh elemen sekolah, orang tua, dan pemerintah daerah.

Thomas berharap pihak sekolah segera melakukan pembinaan internal serta memastikan lingkungan belajar yang aman, kondusif, dan bebas dari kekerasan. Ia juga mengimbau agar kasus tersebut menjadi pelajaran bersama untuk memperkuat

“Ini momentum pembenahan. Kami dorong kabupaten/kota memperketat pengawasan dan pembinaan karakter siswa. Jangan sampai ada lagi nyawa yang melayang hanya karena konflik sepele,” imbuhnya.

Disdikbud Lampung juga mengimbau sekolah-sekolah di seluruh daerah untuk memperkuat peran guru BK, meningkatkan deteksi dini konflik siswa, serta memperkuat pendidikan moral dan toleransi di lingkungan sekolah. (yan/pip/c1/yud)

 

Tags :
Kategori :

Terkait