RUMAH mewah tidak melulu bisa ditunjukkan lewat desain klasik atau dominasi warna emas. Grande House contohnya. Rumah rancangan Clement Cadmiel dari Patio Livity itu memilih gaya trofis yang humble, tapi sekaligus luxurious.
GAYA trofis diterapkan dengan desain bangunan yang memiliki banyak bukaan. Namun, tantangannya adalah rumah itu terletak di hook. Posisi demikian membuat rumah mau tak mau menjadi pusat perhatian. Ketimbang membuat jendela besar menghadap tetangga yang kurang nyaman, akhirnya fasad dibuat semi tertutup.
Pada bagian tengah fasad tampak screen kayu yang fleksibel. Screen itu bisa dibuka dan ditutup sesuai keinginan. ”Misal saat pagi ada matahari dari timur, screen dibuka sedikit 45 derajat,” tutur Clement seperti dikutif Jawa Pos.
Udara bisa menembus ke dalam tanpa membuat ruangan terlalu panas. Di balik screen itu sendiri merupakan selasar menuju kamar dan ruang baca.
BACA JUGA:Fasad Eksploratif Interior Rumah Peraire Menenangkan
Clement menghindari fasad rumah yang terlalu tertutup rapat. Selain menggunakan screen, caranya menghalau pandangan orang luar terhadap bagian dalam rumah adalah dengan menciptakan layer. Dimulai dari pagar yang menggunakan perforated metal yang masih see-through. Lalu, lapisan kedua adalah tanaman. Tengok saja tanaman lee kuan yew yang menjuntai bagaikan vitrase.
”Daripada bikin satu bangunan yang tinggi, kami prefer berlapis-lapis screen. Sehingga cahaya dan udara tetap masuk, visual pun bisa disaring,” katanya. Cara itu juga membuat pemilik rumah lebih dapat menikmati taman yang ada di depan. Clement menilai hal itu menjadi solusi dari ”kekurangan” rumah hook yang lahannya banyak termakan garis sempadan bangunan (GSB).
Taman depan memiliki vegetasi berupa pohon berukuran sedang, ilalang, dan rumput. Sedangkan tanahnya ditutup dengan pasir halus yang berfungsi mengurangi pantulan cahaya yang masuk ke dalam rumah. Dengan begitu, lagi-lagi sinar matahari yang masuk tidak terlalu kuat.
BACA JUGA:Skylight Maksimalkan Cahaya dan Aliran Udara di Rumah dengan Lahan Terbatas
Grande House didominasi warna earth tone khas trofis. Antara lain cokelat dan abu-abu. Hal itu menciptakan kesan ruang yang down-to-earth. Terlebih, tiap ruangan hanya dibuat dengan lebar 5–8 meter meski total luas tanahnya adalah 1.100 meter persegi. Dengan demikian, kesan homey pun lebih terasa. ”Kalau bangunan ramping, flow udara lebih enak,” ujarnya.
Di sisi lain, sentuhan mewah tetap didapat dengan pemilihan material yang berkualitas dan durable. Tanpa ornamen emas yang berlebihan, nuansa kayu pun terasa luks. ’’Pemilik cenderung tidak suka show-off. Namun, kami pakai material trofis dan kontekstual serta dapat digunakan jangka panjang,” ungkapnya. Misalnya, kayu jati untuk kusen pintu, jendela aluminium pabrikan, hingga batuan alam. (*)
Grand House
Arsitek : Clement Cadmiel (Patio Livity)
Luas tanah : 1.100 meter persegi
Luas bangunan : 1.300 meter persegi