Golkar Singgung Pernyataan Cak Imin ’’Tobat Nasuha’’

Legislator dapil Jateng III menilai kerusakan hutan bukan terjadi dalam waktu dekat, melainkan akumulasi kebijakan yang berlangsung puluhan tahun-FOTO DISWAY/FAJAR ILMAN -

JAKARTA - Anggota Komisi IV DPR Firman Soebagyo menyesalkan pernyataan Menko PM Muhaimin Iskandar (Cak Imin) yang mengajak untuk Tobat Nasuha yang ditujukan kepada Menteri ESDM Bahlil Lahadalia dan Menhut Raja Juli dalam konteks bencana alam yang melanda wilayah Sumatera.
Menurutnya, pernyataan tersebut tidak tepat disampaikan di tengah suasana duka yang sedang dirasakan masyarakat.
Ia menilai ucapan itu kurang bijak karena dilontarkan di ruang publik saat banyak warga masih berjuang menghadapi dampak bencana.
Sebagai tokoh agama dan pejabat negara, menurutnya Cak Imin seharusnya mampu menunjukkan empati dan memahami rasa kehilangan masyarakat.
“Tobat Nasuha’ dan lebih fokus pada upaya membantu masyarakat yang terkena bencana. Ia juga menekankan bahwa kerusakan hutan bukanlah masalah yang terjadi dalam waktu singkat, tetapi merupakan hasil dari kebijakan yang telah berlangsung lama,” kata Firman.
Senior Partai Golkar ini menambahkan bahwa sebagai Menko, Cak Imin mestinya lebih mengutamakan koordinasi untuk membantu Presiden mengatasi dampak bencana ketimbang melontarkan pernyataan yang dapat menimbulkan kesalahpahaman antarpejabat.
“Sesama menteri harusnya dalam situasi duka seperti ini lebih konsentrasi membantu presiden menyelesaikan masalah korban bencana yang sedang menimpa masyarakat di berbagai daerah. Itu jauh lebih arif dan bijak, bukan saling menyalahkan,” ujarnya.
Legislator dapil Jateng III menilai bahwa kerusakan hutan bukan terjadi dalam waktu dekat, melainkan merupakan akumulasi kebijakan yang berlangsung puluhan tahun.
“Cak Imin memahami bahwa kerusakan hutan bukan terjadi sebulan dua bulan bahkan bukan setahun dua tahun yang lalu. Tetapi kerusakan hutan ini sudah sejak 15–20 tahun lalu akibat kebijakan menteri-menteri sebelumnya,” katanya.
Ia juga menilai bahwa meski ucapan tobat nasuha itu mungkin disampaikan sebagai candaan, tetap tidak pantas diucapkan dalam suasana duka.
“Walaupun mungkin ucapan ‘Tobat Nasuha’ tersebut candaan, namun tidak tepat diucapkan di depan publik dan media dalam suasana duka,” katanya.
Sebelumnya diberitakan, Menko PM Muhaimin Iskandar merespons bencana yang melanda Sumatera dengan mengirim surat kepada sejumlah menteri terkait, yaitu Menteri Kehutanan Raja Juli Antoni dan Menteri ESDM Bahlil Lahadalia.
“Hari ini saya berkirim surat ke Menteri Kehutanan, Menteri ESDM, Menteri Lingkungan Hidup untuk bersama-sama evaluasi total seluruh kebijakan, policy dan langkah-langkah kita sebagai wujud komitmen dan kesungguhan kita sebagai pemerintah,” ujar Cak Imin.
Ia juga menyinggung ajakan untuk melakukan taubat nasuha sebagai bentuk refleksi atas rangkaian bencana yang terus berulang. “Bahasa NU-nya taubatan nasuha,”ucapnya.
Menurut Cak Imin, berbagai bencana ini merupakan peringatan keras terhadap kelalaian manusia. “Kiamat bukan sudah dekat, kiamat sudah terjadi akibat kelalaian kita sendiri,” sambungnya.
Cak Imin berharap masyarakat yang terdampak mendapatkan kekuatan dan bantuan yang memadai. “Semoga yang sedang mengalami musibah segera mendapatkan bantuan dan kesabaran selalu menyertai kita semua,” katanya. (disway/c1/yud)

Tag
Share