Belasan Ribu Buruh Di-PHK
JAKARTA – Asosiasi Produsen Serat dan Benang Filamen Indonesia (APSyFI) mencatat sebanyak 30 pabrik tekstil di Tanah Air yang telah gulung tikar. Angka ini terhitung sejak kuartal III-2022 hingga November 2024.
Ketua Umum APSyFI Redma Gita Wirawasta memastikan jumlah pabrik yang tutup ini merupakan perusahaan yang telah melaporkan ke asosiasi. Ia menyebut jumlah itu akan bertambah seiring ketidakmampuan perusahaan dengan produk di pasar domestik.
"Betul (30 pabrik tutup, Red) mereka yang konfirmasi masih dan masih akan bertambah. Penyebabnya, mereka tidak bisa bersaing dengan produk impor di pasar domestik," kata Redma Gita.
Redma Gita menjelaskan, pabrik tekstil merasa tak mampu bersaing terutama dengan barang impor ilegal yang harganya 40 persen di bawah harga normal.
BACA JUGA:Beras Alami Deflasi 0,45 Persen di 26 Provinsi
Bahkan, Redma Gita menyebut pada November 2024 telau ditutup dua pabrik tekstil besar di Karawang. "November tutup juga PT Primisima dan PT Asia Pacific Fiber yang di Karawang (yang di Kaliwungu masih jalan)," jelasnya.
Redma Gita tak membeberkan secara pasti soal jumlah pekerja yang terkena pemutusan hubungan kerja (PHK). Adapun yang tercatat mencapai 11.207 orang pekerja kehilangan pekerjaannya.
Pabrik tekstil yang tutup sejak 2022-2024 adalah PT Lawe Adyaprima; PT Grand Pintalan; PT Centex - Spinning Mills; PT Damatex; PT Argo Pantes-Bekasi; PT Asia Citra Pratama; PT Kaha Apollo Utama; PT Mulia Cemerlang Abadi; PT Lucky Tekstil; PT Grand Best; PT Delta Merlin Tekstil I Duniatex Grup; PT Delta Merlin Tekstil II Duniatex Grup; PT Pulaumas Tekstil; PT Tuntex; dan PT Agungtex Grup.
Kemudian PT Kabana; PT Rayon Utama Makmur; PT Pismatex (pailit dan PHK 1.700-an pekerja); PT Sai Aparel (relokasi sebagian); PT Adetex (500-an dirumahkan); PT Nikomas (bertahap PHK ribuan pekerja); PT Cingluh (PHK 2000-an pekerja); PT HS Aparel; PT Djoni Texindo; PT Starpia; PT Efebdu Textindo; PT Fotexco Busana International; PT Wiska Sumedang (tutup dan PHK 700-an pekerja); PT Alenatex (tutup dan PHK 700-an pekerja); PT Kusuma Group (3 perusahaan tutup dan PHK 1.500-an pekerja); PT Sulindafin; PT Primissima (PHK 402 orang, sisa 3 orang); PT Sritex (pailit); dan PT Asia Pacific Fibers Divisi Serat. (jpc/c1)