Meskipun bersebelahan dengan jalur kereta api, desain cermat dan pemilihan material tepat membuat rumah di kawasan Madiun ini tetap homey. Renovasinya dilakukan tanpa arsitek dengan menghadirkan nuansa Japandi yang banyak terinspirasi dari coffee shop.
RUMAH Maya Anggraita di kawasan Madiun banyak yang mengira sebagai coffee shop. Setiap sudut fasadnya estetis dengan jendela kayu lengkung dan aksen kotak-kotak khas rumah Jepang. Sedikit sentuhan industrial dari dinding kamprot semen.
”Dari awal renovasi saya pengin bikin galeri (toko) di rumah, tapi tidak ingin terlihat seperti toko. Saya banyak terinspirasi dari desain coffee shop yang estetis,” cerita Maya dikutif dari Jawa Pos, Sabtu (16/11).
Hunian berlokasi di Caruban, Madiun, itu mulanya rumah mertua Maya. Renovasi rumah induk bagian belakang dilakukan tanpa mengubah struktur dan bentuk bangunan lama. Sisa lahan di bagian depan lantas dimanfaatkan untuk membangun galeri sehingga terbentuk leter L yang memberikan cukup privasi bagi setiap ruangan. ”Antara bangunan galeri dan rumah utama dibuat saling terhubung, memudahkan akses,” sambungnya.
Proses renovasi dilakukan tanpa arsitek untuk menghemat bujet. Karena itu, untuk desain dan pemilihan materialnya, Maya pikirkan dengan matang. Apalagi, rumahnya terletak bersebelahan dengan jalur aktif kereta api.
”Jaraknya hanya sekitar 20 meter dari rel, jadi tidak bisa dihindari untuk getarannya. Syukurnya, umur rumah induk yang lama lebih dari 15 tahun, tapi masih aman tanpa retakan sampai saat ini,” katanya.
Untuk bangunan baru, Maya menyiasatinya dengan membuat fondasi yang mumpuni. Penggunaan material alami seperti kayu memiliki sifat isolasi suara yang baik sehingga dapat membantu meredam suara bising dari kereta api. Begitu pun dengan tanaman hijau yang mampu menyerap suara bising.
”Pohon solobium (pakis) brasil yang kami tanam berjajar di teras rumah juga berfungsi meminimalkan panas karena semua jendela menggunakan kaca tembus pandang. Untungnya, rumah ini menghadap utara sehingga panasnya relatif aman,” bebernya.
Maya menempatkan ruang tamu pada bangunan galeri tempat dia bekerja. Jadi, tidak ada ruang tamu di rumah utamanya. Tamu bisa bersantai di teras rumah induk atau taman depan galeri yang disulap ala tempat duduk kafe.
”Rumah utama difungsikan untuk dua kamar tidur dan ruang TV. Dapur, kamar mandi, dan dining room ditempatkan berjajar di bagian belakang bersebelahan dengan dry garden,” lanjut Maya.
Tanpa menggunakan arsitek cukup menjadi tantangan bagi Maya. Sebab, terkadang tukang kesulitan memahami keinginannya. Dia harus aktif memantau langsung supaya tidak ada miskomunikasi. ”Berdasar pengalaman saya renovasi rumah hanya pakai tukang harian, carilah tukang yang benar-benar sudah berpengalaman dan tepercaya,” pesannya. (lai-jpc/rim)
///HIGHLIGHT///
Material Kayu
Vibe Japanese house terpancar dari material kayu yang mendominasi. Kusen pintu dan jendela menggunakan kayu jati, sedangkan lapisan dinding fasad memakai conwood.