Dalam cakupan yang lebih luas, Siwi Peni yang memang berbasis keuangan sempat mengkalkulasi berapa kontribusi seorang penyadap karet setelah bekerja selama 25 tahun.
Angka ini dia asumsikan jika seorang pekerja rata-rata pensiun di usai 55 tahun. Angka lain yang dipakai sebagai faktor pembagi adalah produktivitas rata-rata penyadap setiap hari, gaji pokok, beberapa tunjangan, perhitungan inflasi, harga jual karet, dan beberapa elemen lain.
“Dalam hitungan saya, setiap karyawan penyadap yang mengerjakan lahan satu hanca, dengan produktivitas rata-rata 14 kilo gram per hari, dia menyumbang keuntungan kurang dari Rp1 juta per bulan. Itu setelah dipotong gaji dia sebulan dan biaya lain-lain untuk dirinya sendiri. Lah, dari mana uang untuk menggaji asisten, mandor, dan biaya lainnya,” tuturnya.
Siwi Peni mengaku sengaja menyuguhkan angka-angka perhitungan sampai detail ke setiap penyadap agar setiap insan PTPN I memiliki kepekaan yang tinggi terhadap keadaan.
BACA JUGA:Panen di Rajabasa Jaya Hasilkan 1.000 Ton Gabah
Sebab, kata dia, sesuatu yang besar harus dikumpulkan dari sedikit-sedikit dan dari yang kecil-kecil.
Ia mengingatkan setiap asisten agar memahami kondisi perusahaan bukan secara global saja, tetapi sampai kepada peran setiap individu dalam mencapai target yang diinginkan.
Sebagai seorang asisten yang merupakan unsur pimpinan di level Afdeling, kepekaan terhadap kondisi atau keadaan yang tidak ideal seharusnya diantisipasi.
“Jangan sampai kita tidak peka dan terlalu permisif terhadap setiap pelanggaran, setiap penyelewengan, dan hal kecil lainnya. Kalau manajemen sudah pasang target 22 kilo gram per hari per penyadap, ya dikejar terus. Sebab, penetapan RKAP pasti sudah mempertimbangkan potensi," terangnya.
Kepada para asisten dan seluruh elemen di PTPN I, Siwi Peni mengingatkan tantangan bisnis agro semakin berat dan rumit.
Dirinya mengajak seluruh unsur pimpinan untuk mengelola perusahaan ini dengan sungguh-sungguh dan membangun kepercayaan atau trust yang tinggi. (rls/pip)