BANDARLAMPUNG - Pemerintah Kota Bandarlampung terus melakukan penekanan terhadap kasus demam berdarah dengue (DBD). Di antaranya melakukan fogging atau pengasapan untuk mengantisipasi penyebaran nyamuk aedes aegypti.
Hal ini diungkapkan Plt. Kepala Dinas Kesehatan Bandarlampung Desti Mega Putri. ’’Kami secara serentak melakukan fogging di lokasi yang teridentifikasi DBD pada 20 kecamatan yang ada. Fogging ini terus kami lakukan guna antisipasi penyebaran nyamuk aedes aegypti pembawa DBD. Fogging dilakukan di daerah endemis DBD serta melakukannya secara serentak dan terjadwal," katanya.
Menurut Desti, dari data yang pihaknya miliki selama 2024 sudah ada 279 kasus DBD di Kota Tapis Berseri. ’’Terhitung hingga Agustus 2024, kami menangani kasus DBD di Bandarlampung mencapai 279 kasus. Paling banyak ada pada Mei dengan 71 kasus. Sedangkan Agustus ini hanya 22 kasus. Jadi tidak ada tren kenaikan," ungkapnya.
Meski begitu, kata Desti, pihaknya meminta masyarakat untuk tidak menganggap hal tersebut ringan. ’’Kita minta segera melaporkan supaya bisa ditindaklanjuti. Lapor ke petugas kesehatan yang ada di puskesmas untuk dilakukan fogging. Tapi, itu hanya membunuh nyamuk dewasanya. Jadi lakukan juga menguras tempat yang sering dijadikan penampungan air minimal 1 minggu sekali, menutup rapat tempat penampungan, dan mendaur ulang barang bekas adalah cara yang masih efektif untuk mencegah DBD," ungkapnya.
Sebelumnya diberitakan, pertengahan musim kemarau membuat jumlah nyamuk bertambah banyak. Utamanya di Bandarlampung.
Plt. Kadiskes Bandarlampung Desti Mega Putri menjelaskan, selama musim kemarau hujan dapat terjadi secara sporadis sehingga menyebabkan genangan air kecil di berbagai tempat seperti pot tanaman, ban bekas, dan wadah lainnya. ’’Genangan air ini meskipun sedikit tetap bisa menjadi tempat perkembangbiakan nyamuk," katanya.
Terlebih lagi, kata Desti, pada momen ini nyamuk dewasa akan mencari tempat-tempat untuk bertelur. "Maka nyamuk yang biasanya bereproduksi di musim hujan kini dapat melanjutkan siklus hidup mereka di musim kemarau," jelasnya.
Desti menjelaskan mengapa hal ini tersebar merata di setiap tempat di Bandarlampung. "Selama musim kemarau, nyamuk mencari tempat baru yang tidak biasanya mereka gunakan. Seperti area dengan kelembaban tinggi di sekitar tanaman atau drainase sehingga meningkatkan jumlah nyamuk yang aktif," ungkapnya. (*)