JAKARTA - Harga minyak mentah melonjak hampir 2 persen sejak Kamis 29 Agustus 2024 akibat gangguan pasokan yang terjadi di Libya.
Kenaikan harga minyak mentah juga diakibatkan rencana pengurangan produksi minyak di Irak. Hal ini memicu kekhawatiran pasar terhadap pengetatan pasokan global.
Dilansir dari Kantor Berita Reuters, harga minyak mentah Brent meningkat US$ 1,29 atau setara 1,6 persen menjadi US$ 79,94 per barel.
Sedangkan harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) AS naik US$ 1,39 atau sekitar 1,9 persen menjadi US$ 75,91 per barel.
BACA JUGA:Industri Turut Terdampak Daya Beli Masyarakat yang Menurun
Lebih dari setengah produksi minyak Libya terhenti pada Kamis, dan ekspor dihentikan di sejumlah pelabuhan karena konflik antara fraksi politik yang bersaing.
Berdasarkan perhitungan Reuters, sekitar 700.000 barel per hari (bpd) produksi minyak Libya tidak beroperasi.
Di sisi lain, Irak dikabarkan berencana mengurangi produksi minyak pada September 2024.
Kebijakan Irak ini sebagai langkah untuk mengkompensasi kelebihan produksi yang melebihi kuota yang disepakati dengan Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan sekutunya.
BACA JUGA:DPR-Pemerintah Sepakat Ekonomi RI Tumbuh 5,2 Persen 2025
Sumber tersebut juga menyebutkan, Irak yang menghasilkan 4,25 juta bpd pada Juli 2024 akan menurunkan produksinya menjadi antara 3,85 juta hingga 3,9 juta bpd pada bulan depan. Sedangkan kuota yang disepakati adalah 4 juta bpd.
"Pasar saat ini sangat ketat dan rentan terhadap fluktuasi harga yang signifikan," ujar Carnizelo, mitra pengelola di Frontier Commodities Aline Carnizelo.
Selain itu, ekspektasi bahwa bank sentral AS mungkin akan mulai memangkas suku bunga pada Sempember 2024 juga mendukung kenaikan harga minyak.(beritasatu/nca)