JAKARTA - Fenomena kedip tegangan dalam sistem kelistrikan di Indonesia kerap terjadi sehingga bisa mengganggu sektor industri, khususnya manufaktur yang membutuhkan pasokan daya andal. Untuk itu, Institut Teknologi Bandung (ITB) mengembangkan teknologi terkini bernama dynamic voltage restorer (DVR).
"Fenomena kedip listrik memang tidak bisa dihindari sepenuhnya, tetapi bisa dimitigasi dengan menggunakan perangkat DVR," kata Ketua Laboratorium Sistem Tenaga Listrik Sekolah Teknik Elektro dan Informatika (STEI) ITB, Dr Nanang Hariyanto dalam seminar bertema “Fenomena, Analisis, dan Mitigasi Kedip Tegangan”, Selasa (20/8).
Kedip listrik biasanya terjadi dalam jangka waktu 3 hingga 30 sirkuit listrik atau setara 60-600 millisecond (ms). Meski sangat singkat, tetapi hal ini bisa memicu permasalahan pada industri, seperti manufaktur, pangan, otomotif, kesehatan, dan sektor lainnya yang bergantung pada pasokan listrik stabil dan andal. "Pasokan listrik yang tidak terganggu menjadi kunci menjaga kelancaran operasional manufaktur selama 24 jam," kata Nanang.
Nanang mengatakan DVR unggul dalam mendeteksi dan menstabilkan kedip tegangan dalam waktu 0,002 detik tanpa menggunakan baterai secara terus-menerus. "Alat ini bekerja dengan menginjeksikan tegangan ke dalam sistem untuk mengompensasi setiap gangguan yang memengaruhi tegangan, sehingga kedip tidak mengganggu produksi atau merusak peralatan," kata dia.
Sementara dalam rangkaian seminar itu, dilakukan kerja sama kemitraan yang ditandatangani Dekan Sekolah Teknik Elektro dan Informatika ITB Dr Tutun Juhana dengan Direktur PT Chint Indonesia Ace Chang. Dalam kesempatan tersebut, PT Chint Indonesia memberikan seperangkat peralatan DVR yang akan diuji di ITB.
Ace Chang mengatakan pihaknya berkesempatan melakukan riset bersama dengan ITB guna mengaplikasikan teknologi ini di Indonesia. "Harapan kami, mahasiswa ITB dapat melakukan penelitian dengan perangkat DVR sehingga dapat memitigasi persoalan listrik di Indonesia,” ujar Ace Chang.
Perangkat DVR dapat digunakan dalam jangka waktu lebih panjang, yakni sebanyak 100.000 cycle atau kurang lebih 15 tahun dibandingkan baterai yang pada umumnya harus diganti dalam 3-5 tahun pemakaian. (beritasatu/c1)