Sebelumnya, ekonomi RI yang melambat sudah diprediksi oleh Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede. Menurutnya, pertumbuhan ekonomi RI pada Kuartal II-2024 akan melambat menjadi 5,02 persen secara tahunan atau year on year (yoy) dibandingkan kuartal sebelumnya yang tumbuh sebesar 5,11 persen.
"Kami memperkirakan pertumbuhan PDB Indonesia akan melambat, namun tetap berkisar 5 persen (yoy) di 2Q24 (Kuartal II-2024). Pertumbuhan PDB pada 2Q24 diperkirakan akan melambat menjadi sekitar 5,02 persen (yoy), melambat dari 5,11 persen (yoy) yang tercatat pada 1Q24 (Kuartal I-2024)," kata Josua dalam risetnya, Senin (5/8).
Adapun penurunan permintaan eksternal sebagian besar disebabkan oleh perlambatan ekonomi global, terutama Tiongkok, negara dengan perekonomian terbesar kedua di dunia dan mitra dagang utama Indonesia.
Merespons hal ini, Menteri Keuangan Sri Mulyani menyatakan pemerintah akan berkomitmen untuk menjaga pertumbuhan ekonomi. Utamanya dari sisi konsumsi, investasi, hingga ekspor dan impor.
"Seperti diketahui saat ini BPS menyampaikan growth di kuartal kedua yang cukup baik, yang masih cukup baik dan memiliki momentum yang harus kita jaga. Konsumsi, investasi, ekspor, impor, yang kita akan perhatikan," kata Sri Mulyani dalam konferensi pers usai mengikuti Rapat Terbatas bersama Presiden Jokowi di Jakarta, Senin (5/8).
Tak hanya itu. Menkeu pun menyebut sebagaimana disampaikan juga oleh Menteri Koordinator bidang Perekonomian dan arahan Presiden Joko Widodo (Jokowi) ke depan pemerintah akan membuat sejumlah kebijakan yang akan ikut menjaga pemulihan dan pertumbuhan ekonomi.
Sehingga nantinya, pemerintah akan terus memperhatikan faktor-faktor penting agar pertumbuhan ekonomi RI tetap terjaga antara 5,1 hingga 5,2 persen.
"Tadi juga dari Pak Menko Perekonomian serta arahan Bapak Presiden Jokowi, ada beberapa kebijakan-kebijakan di 2024 yang akan kita lakukan di dalam rangka untuk menjaga pemulihan dan pertumbuhan ekonomi," lanjutnya.