RAHMAT MIRZANI

Sejarah dan Hikmah Ibadah Kurban

Oleh: Drs. Hi. Makmur, M.Ag. Kepala Kementerian Agama Bandarlampung--

SELAMAT hari raya Idul Adha 1445 Hijriah untuk seluruh umat Islam. Idul Adha adalah hari raya besar kedua bagi umat Islam setelah Idul Fitri yang dirayakan setiap tahun. 

Idul Adha dikenal juga dengan sebutan ’’hari raya haji”. Karena pada hari raya ini, kaum muslimin menunaikan rukun haji yang utama yaitu wukuf di Arafah. 

Mereka semua memakai pakaian serbaputih dan tidak berjahit bagi jamaah pria, yang di sebut pakaian ihram, melambangkan persamaan akidah dan pandangan hidup, mempunyai tatanan nilai yaitu nilai persamaan dalam segala segi kehidupan. 

Tidak dapat dibedakan antara mereka, semuanya merasa sederajat. Sama-sama merendahkan dan menghambakan diri di hadapan Allah Yang Mahaperkasa, sambil bersama-sama membaca kalimat talbiah, istigfar, salawat, zikir, dan berdoa.

Di samping Idul Adha dinamakan hari raya haji, juga dinamakan ’’Idul Kurban”,  karena merupakan hari raya yang menekankan pada arti berkorban. 

Kurban itu sendiri artinya dekat. Sehingga berkurban dengan menyembelih ternak itu dimaksudkan untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT, yang dagingnya dimakan dan diberikan  kepada fuqoro’ wal masaakiin. 

BACA JUGA:Serba-Serbi Idul Adha: Makna, Tradisi, dan Tips Merayakannya

Sejarah Idul Kurban

Hari raya Idul Kurban adalah napak tilas dari episode kehidupan sebuah keluarga yang taat, tangguh, sabar dan ikhlas yaitu Nabi Ibrahim as sebagai seorang ayah, Siti Hajar seorang istri dan putranya Ismail as. 

Sebagai makhluk hidup dan sebagai seorang ayah, terlebih beliau telah lama berumah tangga dan usia beliau telah memasuki senja, Nabi Ibrahim as sangat mengharapkn hadirnya seorang anak untuk meneruskan perjuangan dakwahnya. 

Beliau berharap di karunia anak yang soleh dan taat kepada Allah swt. Beliau berusaha dan senantiasa berdoa kepada Allah agar dikaruniai seorang anak dengan doanya yang terkenal “Robbi habli minas-sholihin”, (Ya Tuhanku, berikan keturunan anak yang baik). 

Dan setelah sekian lama, apa yang menjadi hajatnya terlkabul yaitu lahirnya seorang anak laki-laki yang tampan nan sholeh bagaikan mutiara yang tak ternilai harganya.

Hari  demi hari, bulan berganti tahun, anak Ibrahim yang bernama Ismail sebagaimana layaknya anak manusia tumbuh beranjak  remaja, ia sangat lucu, taat dan berakhlaq mulia, ia tampan dan sangat menarik, dan pada saat inilah maka datanglah perintah Allah untuk menyembelih Ismail anak yang sangat dicintai.

 

Tag
Share