RAHMAT MIRZANI

Menepis Kecemasan Aldous Huxley

-FOTO IST-

Melalui SPBE, Pemkot Surabaya berupaya menerapkan pemerintahan digital secara terintegrasi. Pemkot Surabaya menjawab harapan publik untuk pelayanan yang cepat, efisien, efektif, dan terintegrasi. Termasuk lewat kolaborasi seperti bersama Pengadilan Negeri dan Pengadilan Agama untuk beberapa urusan warga.

Sistem ini memang tak kasat mata. Namun telah membawa lompatan baru dalam dunia birokrasi dengan meninggalkan pola pikir pelayanan yang stagnan.

Teknologi digital membuat pertemuan birokrat dengan publik semakin minim. Di sebuah negara yang masih memiliki budaya sungkan dan susahnya menggerus kultur koruptif, minimnya persinggungan menciptakan ruang yang sehat tanpa diskriminasi dan pengistimewaan. Warga diperlakukan setara bukan karena kebaikan manusiawi birokrasi, namun karena sistem menghendaki demikian.

Lewat teknologi, Pemkot Surabaya telah memulai sebuah ikhtiar penting untuk membawa kota ini menuju “kota dunia”, “kota global”, terminologi yang dipopulerkan Saskia Sassen, meski ikhtiar untuk menuju predikat itu masih jauh dari kata tuntas. Apalagi, kota dunia juga merupakan terminologi yang dipilih dalam visi Pemkot Surabaya: “Gotong Royong Menuju Kota Dunia yang Maju, Humanis, dan Berkelanjutan”.

Pada akhirnya, Huxley tak selamanya benar. Dan majunya Kota Pahlawan kelak tak hanya dikenal karena kualitas ruang publik, gemuruh sepak bolanya, dan denyut ekonomi rakyat yang bergerak kencang. Namun juga pelayanan publik dengan pendekatan teknologi terintegrasi di berbagai sektor, dari urusan kependudukan, lingkungan, kesehatan, pendidikan, penanganan bencana, sampai transportasi; yang merepresentasikan bagaimana peradaban tumbuh dengan sebuah sistem pemerintahan yang bekerja dengan benar di kota ini.(*)

 

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan