Misi Dagang Jatim-Lampung Capai Rp676 Miliar, Gubernur Mirza Ajak Investor Bangun Industri di Lampung

Gubernur Lampung Rahmat Mirzani Djausal dan Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa saat kegiatan misi dagang di Swiss-Belhotel Bandarlampung, Kamis (7/8). FOTO PRIMA IMANSYAH PERMANA/RADAR LAMPUNG--
BANDARLAMPUNG – Misi dagang dan investasi antara Pemerintah Provinsi (Pemprov) Lampung dan Jawa Timur (Jatim) mencatatkan nilai transaksi sebesar Rp676,87 miliar.
Hal ini disampaikan Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa dalam kegiatan yang berlangsung di Swiss-Belhotel, Bandarlampung, Kamis (7/8).
Khofifah menjelaskan, kegiatan tersebut melibatkan 153 pelaku usaha—100 dari Lampung dan 53 dari Jawa Timur. Selain itu, juga dilakukan lima penandatanganan perjanjian kerja sama (PKS), terdiri dari satu kerja sama antar Bank Lampung dan Bank Jatim, serta empat lainnya melibatkan organisasi bisnis.
Adapun komoditas utama yang diperdagangkan mencakup kopi, rokok, rajungan, gula merah tebu, anak ayam petelur, sapi ternak, liquid brown sugar, jahe, serta arang batok kelapa.
"Hingga pukul 11.55 WIB, nilai transaksi yang tercatat mencapai Rp676,87 miliar," ungkap Khofifah.
Ia menambahkan, misi dagang ini menjadi strategi membangun konektivitas ekonomi antardaerah sebagai bagian dari penguatan ketahanan ekonomi nasional.
"Dari total transaksi, sektor pertanian menyumbang 34 persen," katanya.
BACA JUGA:Polres Metro Gerebek Dua Pria dan Dua Wanita Berbuat Terlarang Dalam Rumah
Khofifah juga menyoroti bahwa program misi dagang selalu dibarengi dengan peluang investasi dua arah.
“Contohnya, pabrik gula merah yang saat ini ada di Kediri akan membuka cabang di Lampung. Targetnya, tahun 2026 sudah bisa beroperasi penuh,” ujarnya.
Jawa Timur, lanjut Khofifah, memiliki posisi strategis sebagai gerbang utama kawasan timur Indonesia. Saat ini, 21 dari 32 jalur tol laut nasional berangkat dari Pelabuhan Tanjung Perak, Surabaya.
Dalam forum ini juga terungkap bahwa Jawa Timur membeli kopi hijau dari Lampung. Sementara untuk jenis robusta, Lampung menjadi pusat distribusi utama sehingga banyak pelaku usaha kopi Jatim menjual melalui provinsi ini.
“Ini bentuk keunggulan kompetitif dan komparatif masing-masing daerah,” ujarnya.
Jawa Timur juga menjadi pembeli terbesar tapioka dari berbagai daerah, termasuk Lampung.
Selain itu, teknologi pengolahan arang kelapa cair yang dikembangkan di Lampung turut menarik minat investor luar negeri, salah satunya dari Hongkong.
“Kami menemukan bahwa teknologi pengolahan arang kelapa cair terbaik ternyata ada di Lampung. Bahkan, ada pelaku usaha dari Hongkong yang langsung tertarik untuk ekspor,” beber Khofifah.
Ia menegaskan pentingnya kolaborasi digital antardaerah. “Bukan hanya soal jual beli, tapi kontinuitas dan nilai tambah dari kerja sama ini harus terus dijaga,” tegasnya.
Sementara itu, Gubernur Lampung Rahmat Mirzani Djausal mengajak pelaku usaha dan Kamar Dagang dan Industri (KADIN) Jawa Timur menjajaki investasi di sektor industri pengolahan hasil pertanian Lampung.
“Ini bukan sekadar bisnis, tapi membangun kekuatan ekonomi daerah berbasis potensi lokal,” katanya.
Mirza meyakini bahwa sinergi ini dapat menghasilkan dampak besar bagi kedua provinsi.
“Jawa Timur adalah role model dalam pengelolaan hasil pertanian yang bisa kita contoh, agar Lampung tak hanya ekspor bahan mentah seperti jagung, kopi, cokelat, dan lada,” ujarnya.
Ia juga menekankan pentingnya hubungan strategis Lampung sebagai pintu gerbang Sumatera dan Jawa Timur sebagai gerbang Indonesia Timur.
“Konektivitas ini bisa memperkuat rantai pasok nasional. Jika pelaku industri dari Jatim membangun pabrik pengolahan di Lampung, kami siap memberikan kemudahan,” tegasnya.
Gubernur Mirza juga menegaskan komitmen Lampung untuk memperkuat kerja sama ekonomi antardaerah, khususnya di sektor pertanian, perkebunan, dan pengembangan industri hilir berbasis komoditas unggulan. (pip/abd)