Hadapi 14 Potensi Bencana, Siapkan Rp48 Miliar

Rapat siap siaga bencana di Lampung.-FOTO BIRO ADPIM -
BANDARLAMPUNG – Pemerintah Provinsi (Pemprov) Lampung menyatakan status siaga penuh menghadapi 14 potensi bencana yang mengancam wilayah Sai Bumi Ruwa Jurai.
Tak tanggung-tanggung, 198 bencana telah terjadi hanya dalam rentang waktu enam bulan pertama pada tahun ini. Bencana tersebut mayoritas bencana hidrometeorologi seperti banjir dan tanah longsor yang erat kaitannya dengan dampak perubahan iklim.
Hal tersebut disampaikan Asisten Adminstrasi Umum Setprov Lampung Sulpakar saat membacakan sambutan Gubernur Lampung pada apel bulanan pemprov, Kamis (17/7).
Dijelaskan Sulpakar, pada tahun ini Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Lampung memperoleh anggaran Rp48 miliar, dengan realisasi triwulan pertama sebesar 10,41 persen.
’’Ini sejalan dengan arah kebijakan efisiensi dan skala prioritas pembangunan nasional maupun daerah,” ujar Sulpakar.
Menurutnya, penanggulangan bencana bukanlah tugas yang sederhana. Hal itu mencakup seluruh tahapan dalam siklus bencana, yakni sebelum, saat, dan setelah bencana. Itu sebagaimana diatur dalam UU Nomor 24 Tahun 2007 dan Perda Nomor 6 Tahun 2024, serta diperkuat dengan Pergub Nomor 1 Tahun 2024 yang menempatkan BPBD sebagai unsur utama pelayanan di bidang penanggulangan bencana.
BACA JUGA:Musim Kemarau, Momen Tepat Evaluasi Pengendalian Banjir di Bandarlampung
Provinsi Lampung saat ini menghadapi 14 potensi bencana, termasuk bencana non-alam dan jenis baru seperti liku faksi (Pencairan Tanah).
“Data BNPB mencatat, hingga 1 Juli 2025, telah terjadi 198 kejadian bencana, mayoritas merupakan bencana hidrometeorologi, seperti banjir dan tanah longsor, yang sangat berkaitan dengan dampak perubahan iklim,” jelasnya.
Kata Sulpakar, dengan luas wilayah, keragaman topografi, dan jumlah penduduk mencapai lebih dari 9 juta jiwa di Lampung. Tentunya tantangan penanggulangan bencana di Lampung terus meningkat.
“Makanya, perlu kinerja yang lebih baik, sinergi antar pemangku kepentingan, serta keselarasan program dari pusat hingga daerah,” ucapnya.
BACA JUGA:Komisi II DPRD Bandar Lampung: Belum Temukan Beras Oplosan di Pasar Tradisional
Sulpakar menegaskan bahwa penurunan indeks risiko bencana menjadi salah satu indikator utama pembangunan daerah.
Untuk itu, strategi ke depan harus difokuskan pada penanggulangan berbasis kawasan rawan bencana, penguatan kapasitas masyarakat dan stakeholder, serta tata kelola kelembagaan yang lebih kuat melalui kolaborasi lintas sektor.