Kondisi Keuangan Masyarakat RI ’’Tercekik’’ demi Kebutuhan

--FOTO FREEPIK
Tidak hanya itu. Ada 53 persen pekerja penuh waktu mengatakan bahwa mereka menabung lebih sedikit dari rencana, hanya 23 persen yang mampu menabung lebih banyak dari yang ditargetkan. Di kalangan yang tidak bekerja secara formal, 33 persen tidak bisa menabung sama sekali.
’’Meski sebagian masyarakat mulai lebih disiplin, misalnya mencatat pengeluaran atau menunda pembelian besar, banyak yang tetap fokus pada kebutuhan jangka pendek, dan 37 persen sudah mulai menggunakan dana darurat,” tulis YouGov.
Sementara itu, ekonom sekaligus pakar kebijakan publik Universitas Pembangunan Nasional Veteran Jakarta, Achmad Nur Hidayat, juga turut menyoroti penyebab dibalik terpuruknya ekonomi masyarakat Indonesia.
Menurutnya, kelas menengah menjadi sektor yang paling tidak diuntungkan dalam pelemahan ekonomi ini. Pasalnya, kredit rumah tangga yang selama ini dianggap stabil mulai terguncang.
Selain itu, Non-Performing Loan (NPL) rumah tangga juga meningkat dari 1,99 persen menjadi 2,33 persen dalam setahun. Yang paling mengkhawatirkan, NPL Kredit Pemilikan Rumah (KPR) melonjak menjadi 3,07 persen. Ini bukan sekadar angka.
’’Ini adalah tanda bahwa masyarakat kelas menengah mulai kesulitan menjaga kepemilikan aset paling mendasarnya, rumah. Ketika rumah pun terancam karena cicilan yang tak terbayar, maka ekonomi rakyat benar-benar sedang berada di ambang krisis martabat,” jelas Achmad.
Dari sisi produksi, banyak sektor usaha, khususnya UMKM dan industri padat karya, mengalami penurunan permintaan.