SURABAYA - Lead Economist The World Bank (Bank Dunia) Habib Rab menyatakan kondisi ekonomi Indonesia terbilang cukup bagus, karena pendapatan per kapita masyarakat telah bergeser ke menegah atas dibanding India, Nigeria, Filipina, dan Mesir yang masih menengah.
Kondisi tersebut diketahuinya setelah melakukan validasi data ekonomi melalui pertemuan bersama pelaku usaha di Jawa Timur.
’’Beberapa poin yang telah kami kemukakan ternyata memang terjadi di lapangan. Intinya, analisis kami sudah ada pada arah yang tepat,” ucapnya.
Habib Rab menjelaskan, Bank Dunia sedang melakukan studi komprehensif tentang pertumbuhan ekonomi jangka panjang di Indonesia, termasuk di sektor swasta, di antaranya sektor manufaktur, jasa, hingga perpajakan.
BACA JUGA:Triwulan I 2024, Indosat Catat Pendapatan Rp13.835 miliar
“Untuk mendorong pertukaran ide yang produktif dan mendapatkan wawasan berharga dari sektor swasta, maka masukan dari Kadin terkait studi ini apakah sesuai dengan kenyataan atau ada hal yang bisa didapatkan sebagai umpan balik untuk mempertajam analisa dan data,” katanya.
Menurut Rab, penting untuk tetap melakukan konsultasi terhadap sektor swasta agar analisa yang dilakukan lebih tajam sehingga data tidak hanya bercerita tetapi juga berbicara tentang realita yang ada di lapangan.
“Tidak sekadar angka saja tetapi kami bisa tahu apa yang ada dibalik itu,” tuturnya.
Sementara itu, Senior Economist The World Bank Alexandre Hugo Laure menilai meskipun sudah cukup bagus, namun pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) tahunan Indonesia terus mengalami perlambatan.
BACA JUGA:BP Jamsostek Gandeng Perumas dengan MLT, Tenor Rumah Bisa sampai 30 Tahun
“Pertumbuhan sektor manufaktur yang menjadi penyumbang utama ekonomi Indonesia misalnya, ketika dibandingkan dengan berbagai negara, maka pertumbuhannya terbilang cukup lambat, kalah dengan China, Meksiko, Mesir, Nigeria, bahkan dengan India,” ujar Hugo Laure.
Hugo menjelaskan, hal tersebut salah satunya disebabkan minim penelitian dan pengembangan serta rendahnya adaptasi teknologi dan inovasi yang dilakukan oleh industri besar di Indonesia.
“Pengeluaran penelitian dan pengembangan terbilang rendah dibandingkan negara-negara sejenis,” ucapnya.
Pengeluaran untuk penelitian dan pengembangan yang dilakukan industri di Indonesia, lanjutnya, hanya sekitar sembilan persen, jauh tertinggal dibandingkan kompetitor.
BACA JUGA:Kuartal Pertama, Babaranjang Angkut 15.758.465 ton Barang di Awal Tahun 2024