Indonesia Berencana Impor Litium dari Australia

MOBIL LISTRIK: Produsen mobil listrik asal Vietnam, VinFast, memulai pembangunan pabrik senilai USD500 juta (sekitar Rp8,1 triliun) di Thoothukudi, Tamil Nadu, India.--FOTO AP

JAKARTA - Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia mengatakan Indonesia membuka peluang untuk mengimpor litium dari Australia. Litium merupakan satu-satunya bahan baku pembuatan baterai kendaraan listrik (electric vehicle/EV) yang tak dimiliki Indonesia. 

 

Menurut Bahlil, ekosistem baterai kendaraan listrik merupakan bagian dari hilirisasi yang merupakan program prioritas pemerintah.  ’’Karena itu, kementeriannya akan melakukan percepatan untuk memperkuat industri baterai kendaraan listrik di Indonesia. ‎Adapun bahan baku mineral pembuatan baterai EV, yakni nikel, cobalt, mangan dan litium,’’ ujarnya. 

 

Salah satu negara yang akan diajak kerja sama, kata Bahlil, adalah Australia. ’’Selama ini kan kita bawa dari beberapa negara di Afrika. Nah memang secara ekonomis akan jauh lebih ekonomis dari Australia karena biaya transportasinya," ungkapnya seperti dilansir dari Antara, Selasa (5/8).

 

‎Menurut Bahlil, beberapa pengusaha Indonesia sudah menambang litium di Australia. Namun, Bahlil belum mengetahui besaran volumenya. ‎"Beberapa teman-teman pelaku usaha itu sudah mengambil tambang di sana," jelasnya. 

 

‎Sementara itu, Satgas Percepatan Hilirisasi dan Ketahanan Energi Nasional menyatakan Indonesia menargetkan untuk tidak hanya menjadi pasar dalam ekosistem EV, melainkan menyasar untuk dapat membuat mobil listrik secara menyeluruh terbuat dari komponen dalam negeri.

 

‎Wakil Koordinator Satgas Percepatan Hilirisasi dan Ketahanan Energi Nasional Dimas Muhamad sebelumnya mengatakan untuk dapat membuat mobil listrik, pemerintah sudah melakukan beberapa Upaya. Yakni penguatan pasar mobil listrik agar menciptakan rantai pasok industri dan membangun industri baterai kendaraan listrik.

 

‎Untuk tahap membangun industri baterai kendaraan listrik, Dimas mengatakan Indonesia perlu berkolaborasi dengan investor asing yang memiliki kapabilitas teknologi. ‎"Di tahap ini, kita memastikan bahwa paling tidak ada mitra lokal Indonesia yang bisa menjadi mitra transfer teknologi, transfer 'know how' dari si investor asing tersebut," katanya. (beritasatu.com/c1)

 

Tag
Share