BANDARLAMPUNG - Sejumlah pembudi daya kerang hijau terpaksa harus menghadapi gagal panen. Ini terjadi karena tambak mereka rusak akibat banjir yang melanda Telukbetung Timur (TbT), Bandarlampung, Kamis (14/3).
Peristiwa banjir baru-baru ini tidak hanya merusak ratusan rumah, tetapi juga menghancurkan tambak budi daya kerang hijau yang telah berumur satu bulan.
Kamsiah (64), seorang pembudidaya setempat, mengungkapkan bahwa saat banjir terjadi, ia berada di rumah dan tidak bisa menyelamatkan kerang yang seharusnya siap panen dalam 3 bulan lagi.
"Dulu waktu itu, airnya naik cepat dari pegunungan, sekitar jam 4 sore kami sudah melihat banjir merendam, bahkan pohon-pohon tumbang," ujarnya.
BACA JUGA:Jaga Kemananan Pangan, Pemkot Bandar Lampung Ambil Sampel Takjil
Ia menjelaskan bahwa tambak kerang hijau yang dibudidayakan dengan cara ditanjapkan kayu ke dasar laut putus dan terbawa ombak akibat kejadian tersebut.
"Hampir separuh dari tambak terbawa ke laut, ada yang beratnya mencapai 2 kilogram terbawa arus," tambahnya.
Dampak dari kejadian tersebut membuat pembudidaya tersebut mengalami kerugian puluhan juta rupiah, karena kerang yang sedang tumbuh tidak bisa dijual akibat tersapu ombak.
Namun, untuk meminimalkan kerugian, Kamsiah dan pembudidaya kerang hijau lainnya segera menyelamatkan kerang yang tersisa.
"Dari modal awal sebesar Rp 200 ribu per longlai, kami memperkirakan kerugian sekitar 60 kali lipat modal, dengan 26 pembudidaya yang terkena dampak," jelasnya.
BACA JUGA:Safari Ramadan Perdana di Tulangbawang, Begini Pesan Pj Bupati Qudrotul Ikhwan
Selain itu, mereka juga berharap pemerintah setempat dapat memberikan perhatian kepada masyarakat pesisir, terutama pembudidaya yang terdampak banjir.
"Kami berharap ada bantuan dana karena modal kami sudah habis, ini kejadian baru tahun ini setelah bertahun-tahun tidak terjadi banjir seburuk ini," pungkasnya.
Sebelumnya, Banjir rob mengintai daerah pesisir di Lampung dalam waktu dekat ini.
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Maritim Lampung kembali memberi perhatian terhadap potensi banjir rob di sebagian besar pesisir laut Provinsi Lampung.