BACA JUGA:Ribuan Hektare Sawah di Mesuji Sudah Panen
Meldisa Putri, prakirawan Stasiun BMKG Maritim Panjang Lampung, menjelaskan banjir rob ini disebabkan oleh pasang maksimum yang terjadi bersamaan dengan fase Supermoon, yaitu fase Perigee di mana bulan berada pada jarak terdekat dengan bumi.
Dia menambahkan bahwa fase ini diperkirakan akan berlangsung beberapa hari ke depan di perairan Lampung.
"Bulan purnama pada tanggal 13 - 16 Maret 2024 berpotensi meningkatkan ketinggian pasang air laut maksimum yang bisa menyebabkan banjir pesisir di beberapa wilayah," ujarnya.
Beberapa wilayah yang berpotensi terdampak adalah Pesisir Bandar Lampung, Pesisir Tanggamus, Pesisir Lampung Selatan, Pesisir Pesawaran, Pesisir Timur Lampung, dan Pesisir Barat Lampung.
BACA JUGA:Urusan BPK Belum Kelar, DPRD Bandarlampung Sentil RSUD Dr. A. Dadi Tjokrodipo
"Kondisi ini secara umum dapat mengganggu aktivitas masyarakat di sekitar pelabuhan dan pesisir, termasuk aktivitas bongkar muat di pelabuhan, aktivitas di pemukiman pesisir, serta perikanan darat," tambahnya.
Untuk itu, BMKG mengimbau masyarakat agar selalu waspada dan siaga menghadapi dampak dari Pasang Maksimum Air Laut serta memperhatikan update informasi cuaca maritim.
Sementara itu, telah terjadi air rob yang masuk ke pemukiman warga di Gudang Agen, Pesawahan, Telukbetung Selatan, Bandar Lampung, sejak pagi.
"Iya, air pasang dari laut sudah masuk ke pemukiman warga sejak pagi tadi," ungkap Ozy (50), seorang warga setempat.
BACA JUGA:Pemkot Bandar Lampung Jamin Harga Bahan Pokok akan Lebih Terjangkau di Pasar Murah
Dia menjelaskan bahwa kejadian ini sudah biasa terjadi saat bulan besar tiba, dan biasanya banjir tersebut bertahan hingga satu minggu. Namun, yang lebih dikhawatirkan adalah jika banjir rob datang bersamaan dengan hujan deras, yang dapat memperparah situasi.
"Kalau tidak ada hujan, tingginya biasanya hanya sekitar 30 cm, tapi kita berdoa semoga tidak hujan karena jika hujan, situasinya akan menjadi lebih buruk," katanya.
Sebelumnya, Mitra Bentala mengajak pemerintah dan stakeholder terkait untuk mengantisipasi kerentanan perubahan iklim pada sektor pertanian yang ada di Provinsi Lampung. Itu dilakukannya melalui lokakarya bertema Kerentanan dan Risiko Iklim Sektor Pertanian Lampung, Senin (19/2), di Hotel Horison Bandarlampung.
’’Sebab, Lampung merupakan salah satu lumbung pangan nasional. Terutama untuk padi atau beras yang harus dilakukan antisipasi perubahan iklim guna menjaga produksinya,” kata Direktur Eksekutif Mitra Bentala Rizani.
BACA JUGA:PKS Duduki Pimpinan, PAN dan Demokrat Terdepak di Jakarta