Segala-galanya Ambyar 'Sebuah Buku Tentang Harapan' yang Memberikan Banyak Pelajaran

Jumat 08 Mar 2024 - 23:20 WIB
Reporter : Abdul Karim
Editor : Abdul Karim

Peresensi: Nurhasanah

Aktivis Persma Suaka UIN Bandung

SETIAP orang pasti pernah merasa di titik ambyar dalam hidup. Seperti kisah bencana kotak pandora yang menyisakan senjata penangkalnya yaitu harapan. Manusia pun dapat menangani semua kekacauan dengan secercah harap esok hari akan lebih baik.

Berangkat dari sana, buku karya penulis sekaligus blogger asal New York ini, akan membahas cara pandang baru tentang harapan tersebut.

Harapan sendiri diartikan Mark “bersifat transaksional, sebuah tawar-menawar antara perilaku seseorang saat ini dengan sesuatu hal yang dikhayalkan, suatu masa depan yang menyenangkan” (hlm 203).

BACA JUGA:Omed-Omedan Tradisi Masyarakat Hindu di Bali, Ini Sejarahnya!

Buku ini memperlihatkan kepada pembacanya bahwa tindakan berharap bukan hanya tentang berlaku pamrih namun juga bertindak semacam kekanak-kanakan.

Bagaimana tidak kekanak-kanakan? Contohnya ketika seseorang jatuh cinta kepada orang lain maka ia pasti berharap menerima sesuatu dari orang yang dicintainya berupa cinta kembali, ini semacam wadah pertukaran perasaan.

Eits, namun orang dewasa harusnya tidak seperti itu, orang dewasa akan merdeka begitu saja memberi apa pun tanpa mencari imbalan karena jika begitu maka akan menghancurkan hakikat tujuan pemberian itu.

Harapan pula diibaratkan oleh mark sebagai sebuah ajang perlombaan mengejar kebahagiaan yang tidak ada habisnya, karena ketika sebuah tujuan sudah tercapai akan ada tujuan baru yang menggantinya.

BACA JUGA:CINTA DI HARI NYEPI

Ironis sekali ketika dalam proses mencari kebahagiaan kita menghalalkan segala cara untuk mendapatkannya dan saat sudah tercapai kita malah tak puas dan terus mengejar kebahagiaan lebih lagi hingga menghilangkan hakikat bahagia itu sendiri.

Kemudian bagaimana cara menghadapi kehidupan yang penuh ke-ambyar-an ini jika harapan pun tak bisa menjamin? Buku ini pun menjawab dengan sebuah rumus “Jangan mengharapkan kehidupan yang lebik baik, cukup hiduplah dengan baik” (hlm 207) artinya jangan memimpikan ini dan itu untuk masa depan namun capailah kematangan dan kehormatan di masa kini, disini dan saat ini juga.

Buku ini menggebrak pembacanya dengan plot twist yang sangat mengagumkan. Kiranya tujuan pembaca membaca buku ini adalah mencari sebentuk harapan dan jaminan situasi akan menjadi lebih baik di masa depan namun hasilnya buku ini tak miliki jawaban semacam itu.

Kendati demikian gaya khas campuran antara penelitian dan humornya akan membuat pembaca terhanyut menikmati setiap alur dalam buku ini loh.

Kategori :