BANDARLAMPUNG - Mitra Bentala mengajak pemerintah dan stakeholder terkait untuk mengantisipasi kerentanan perubahan iklim pada sektor pertanian yang ada di Provinsi Lampung. Itu dilakukannya melalui lokakarya bertema Kerentanan dan Risiko Iklim Sektor Pertanian Lampung, Senin (19/2), di Hotel Horison Bandarlampung.
’’Sebab, Lampung merupakan salah satu lumbung pangan nasional. Terutama untuk padi atau beras yang harus dilakukan antisipasi perubahan iklim guna menjaga produksinya,” kata Direktur Eksekutif Mitra Bentala Rizani.
Menurutnya perubahan iklim ini menjadi salah satu kebijakan pemerintah pusat untuk menentukan arah pembangunan. Di mana ada empat sektor yang paling terdampak pada perubahan iklim. Yaitu sektor pertanian, pesisir dan laut, air, serta sektor kesehatan.
’’Khusus hari ini (kemarin), Mitra Bentala membicarakan tentang bagaimana sektor pertanian yang paling terdampak akibat perubahan iklim,” ujarnya.
BACA JUGA:8.381 Petugas Pemilu Dirawat, 57 Meninggal
Diketahui bersama, tegasnya, bahwa pada 2023 sampai akhir tahun terjadi kemarau panjang atau fenomena El Nino. Tentunya itu berpengaruh pada sistem pertanian. ’’Misalnya di sawah, kalau tidak ada air maka masyarakat tidak bisa melakukan kegiatan budi daya pertanian,” ucapnya.
Kemudian juga waktu tanam berubah dan itu akan mempengaruhi sisi pendapatan petani. Untuk itu, Mitra Bentala bersama stekholder terkait membahas dampak iklim pada lokakarya tersebut untuk dicarikan solusinya.
“Masyarakat akan bercerita tentang situasi yang mereka hadapi dan berharap sebenarnya pemerintah itu memperhatikan sektor-sektor terutama pertanian dan memberikan dukungan,” tuturnya.
Disinggung gambaran iklim untuk sektor pertanian di tahun 2024 ini, Rizani menilai tidak jauh berbeda dengan yang terjadi di tahun 2023 lalu. Untuk itu jika di tahun 2024 ini akan tetap terjadi kemarau, menurutnya maka pemerintah diminta melakukan antisipasi dan mengeluarkan kebijakan-kebijakan mengeluarkan program dalam mengantisipasi kekerasan.
BACA JUGA:Otaki Pungli di Rutan KPK, Kemenkumham Sebut Hengki Bukan Pegawainya Lagi
“Kita harapkan misalnya kalau wilayah itu tidak ada air, apakah (dibantu, red) dengan sumur bor. Atau mungkin ada potensi airnya tetapi mereka tidak bisa mengalirkan, tentu harus ada upaya-upaya. Itu yang kita maksud, jadi bantuan itu sendiri,” katanya.
Terkait daerah di Lampung yang parah jika terdampak kemarau, Rizani menyebut berdasarkan Bappenas, Lampung ini termasuk daerah super prioritas seperti Pesawaran dan Lampung Timur. “Itu karena memang berdasarkan penelitian menjadi salah satu wilayah-wilayah yang sangat rentan terhadap lingkungan di 2024,” terangnya.
Sementara, Sekretaris Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Lampung A. Lianurzen mengatakan perubahan iklim ini sudah menjadi isu global, regional, dan daerah. Menurutnya pada tahun 2023, dunia termasuk Lampung, mengalami kekeringan atau fenomena el nino. Dari data di BMKG awalnya pergerakan musim hujan hanya 10 hari. “Tapi kenyataannya kita mengalami satu bulan lebih baru hujannya banyak,” ujarnya.
Pihaknya pun telah melakukan pembahasan untuk tahun ini terkait data dari BMKG yaitu Lampung diperkirakan kembali kering atau kemarau pada Mei 2024. “Tapi, kita ada anomali tidak ada el nino. Mungkin terparahnya pada September. Anomali bukan seperti kita mengalami ada el nino. Artinya ada kering seperti kemarinlah (tahun 2023). Tapi, curah hujannya yang berbeda,” ungkapnya.
“Jadi bukan relatif sama (dengan 2023, red), tapi mulainya hampir sama namun kondisinya berbeda karena kita mengalami anomali,” imbuhnya.