Seseorang menjadi tidak nyaman untuk menghabiskan waktu dalam proses yang lama memahami tugas atau menyelesaikan suatu masalah.
Selain itu, seseorang akan mulai membandingkan dirinya dengan orang yang ia jumpai di media sosial hingga merasa rendah diri. Mereka merasa tidak lagi bersemangat untuk melakukan kegiatan yang menurutnya tidak cukup hebat dari orang lain.
5. Lingkungan
Lingkungan tentu memegang peran penting atas faktor prokrastinasi. Lingkungan ini dapat berupa situasi kondusif tempat untuk bekerja atau belajar dan dukungan orang-orang sekitar.
6. Kesehatan Mental
Dalam beberapa kasus, seseorang telah mengalami masalah yang cukup serius dan perlu mendapatkan bantuan profesional.
Seseorang mungkin saja telah mengalami gangguan kesehatan mental, seperti depresi, anxiety disorder atau kecemasan berlebih, Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD), dan sebagainya.
7. Dorongan Mencapai Suatu Standar Tertentu
Prokrastinasi akademik juga turut dipengaruhi persepsi diri atas keinginan mencapai standar yang tinggi.
Seseorang merasa perlu lebih banyak persiapan untuk menghasilkan pekerjaan yang sempurna. Untuk persiapan yang maksimal, waktu yang dibutuhkan juga cenderung panjang sehingga seseorang akan menunggu sampai ia penuh energi dan memiliki inspirasi yang dibutuhkan.
8. Manajemen Waktu yang Buruk
Prokrastinasi akademik yang dilakukan seseorang biasanya merupakan akibat dari manajemen waktu yang buruk, seperti kegagalan menentukan prioritas, kurang disiplin, mudah terdistraksi pada hal-hal kecil, serta miskonsepsi terkait banyaknya waktu yang dihabiskan untuk menyelesaikan suatu pekerjaan.
9. Kurangnya Motivasi
Motivasi dibutuhkan untuk mendorong seseorang mulai melakukan pekerjaan atau tanggung jawabnya. Kekurangan motivasi biasanya dipengaruhi banyak hal, di antaranya tidak tertarik pada materi yang dibawakan, kelelahan fisik dan mental, menghindari pengaruh tekanan, kebutuhan memperoleh kesenangan, serta tidak memiliki tujuan jangka panjang.
10. Kebutuhan untuk Menjaga Kehidupan yang Seimbang
Beberapa orang cenderung menghindari ketimpangan antara porsi pekerjaan dan kehidupan pribadinya. Hal ini biasanya dipengaruhi kesibukan yang padat, tetapi tidak mampu menentukan skala prioritas yang realistis untuk dilakukan.