BANDARLAMPUNG – Di tengah tekanan perlambatan ekonomi global dan ketidakpastian pasar dunia, kinerja Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) Regional Lampung menunjukkan hasil yang solid hingga 30 September 2025.
Pendapatan negara tumbuh dua digit, belanja negara dikelola lebih efisien, dan defisit anggaran semakin terkendali.
Hal ini disampaikan Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Perbendaharaan (DJPb) Provinsi Lampung Purwadhi Adhiputranto dalam press conference APBN KiTA Provinsi Lampung, Kamis (30/10), di aula Raflesia Kanwil DJP Bengkulu dan Lampung lantai 5.
BACA JUGA:Pemutihan Diperpanjang, Mutasi Kendaraan Dapat Dispensasi
“Ketidakpastian global masih membayangi prospek ekonomi dunia, seiring perlambatan permintaan dari negara mitra utama seperti India dan Tiongkok. Namun, kinerja APBN Regional Lampung tetap solid dengan pendapatan negara yang tumbuh kuat, belanja negara yang efisien, dan defisit anggaran yang semakin terkendali,” ujar Purwadhi.
Lampung mencatat surplus neraca perdagangan sebesar US$462,11 juta pada Agustus 2025, didorong oleh lonjakan ekspor hingga 244,44 persen (mtm). Sektor industri pengolahan tumbuh 21,99 persen, pertanian 40 persen, dan pertambangan 3,42 persen.
Kenaikan ekspor juga terjadi seiring penguatan harga komoditas utama: Batubara Acuan naik menjadi US$105,33/ton (+3,04%), CPO US$954,71/MT (+4,81%), dan Kopi Global 314,64 US cents/lbs (+1,28%).
Menariknya, impor bahan baku dan penolong naik 198,78% (mtm)—indikasi meningkatnya aktivitas produksi industri di Lampung, meski impor bahan modal turun setelah lonjakan di bulan sebelumnya.
Hingga akhir September 2025, pendapatan negara Lampung mencapai Rp7,98 triliun atau 71,68 persen dari target, tumbuh 11,99 persen (yoy).
Penerimaan perpajakan menjadi motor utama dengan kenaikan 12,97 persen (yoy), terutama dari Pajak Perdagangan Internasional yang melonjak 174,6 persen (yoy), didorong kinerja Bea Keluar.
Selain itu, PNBP juga tumbuh positif 7,13 persen (yoy), terutama dari pendapatan Badan Layanan Umum (BLU) dan sumber-sumber lainnya.
Sementara itu, realisasi belanja negara mencapai Rp23,09 triliun atau 71,93 persen dari pagu, terkontraksi 6,04 persen (yoy) akibat efisiensi belanja pemerintah pusat dan pergeseran prioritas.
Belanja barang dan modal terkontraksi masing-masing -38,77 persen dan -35,69 persen, sedangkan transfer ke daerah turun tipis -1,29 persen (yoy).
Defisit anggaran regional tercatat Rp15,1 triliun, menyempit 13,41 persen dibanding tahun sebelumnya.
“Defisit yang lebih terkendali menunjukkan bahwa APBN tetap berfungsi sebagai shock absorber terhadap dampak ketidakpastian ekonomi global, menjaga daya beli masyarakat, dan memperkuat stabilitas ekonomi Lampung,” jelas Purwadhi.