Mafia Minyak Berusaha Halangi Program B50 dan E10
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia--FOTO ISTIMEWA
JAKARTA – Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia menyebut terdapat pihak yang tidak senang dengan pengembangan program energi baru terbarukan (EBT) di Indonesia.
Beberapa program yang dimaksud antara lain campuran solar dengan 50% biodiesel dari minyak sawit atau B50 serta campuran bensin dengan etanol sebesar 10% atau E10.
Berdasarkan catatan Bahlil, konsumsi solar Indonesia mencapai 34 juta ton per tahun. Untuk menekan angka impor, pemerintah menjalankan program blending biodiesel dari B10 hingga B40. Saat ini, impor solar hanya tersisa sekitar 4,9 juta barel per tahun.
Ke depan, Bahlil akan berupaya menekan impor bahan bakar minyak (BBM), khususnya bensin, dengan menerapkan program campuran etanol. Adapun etanol tersebut akan diproduksi secara mandiri di dalam negeri.
Pada 2025, program solar akan kita dorong menjadi B50. B50 adalah campuran dari crude palm oil (CPO) ke etanol. Kemudian kita dorong juga untuk bensin, kita bikin E10 supaya campurannya adalah etanol,” jelas Bahlil.
Ia menegaskan bahwa langkah menekan impor energi merupakan bagian dari perjuangan menjaga kedaulatan negara dan memperkuat ekonomi nasional. Menurutnya, masih ada pihak yang tidak mendukung kebijakan ini karena terbiasa diuntungkan dari kuota impor energi.
“Pasti banyak pihak yang tidak suka dengan kebijakan ini. Tetapi bagi saya, demi kedaulatan Ibu Pertiwi, sejengkal pun saya tidak akan mundur untuk menghadapi hal-hal seperti ini,” tegasnya.
Bahlil menilai, pihak-pihak yang tidak senang merupakan kelompok yang selama ini mengambil keuntungan dari aktivitas impor minyak. Ia menekankan pentingnya peran strategis generasi muda dalam memperkuat ketahanan dan kemandirian energi nasional.