Gunakan QRIS, Pelaku UMKM Ada yang Mengaku Rugi

GUNAKAN QRIS: Penjual Somay Bandung di lingkungan Universitas Lampung (Unila) telah menggunakan QRIS untuk transaksi dengan pembeli.--FOTO MK-KHANSA AZZAHRA/RLMG

BANDARLAMPUNG - Penggunaan metode pembayaran melalui quick response Indonesia standard (QRIS) kini menjadi pilihan utama dalam melakukan transaksi keuangan. Bank Indonesia (BI) memperkenalkan metode ini untuk mempermudah sistem pembayaran yang cepat, mudah, dan aman. 

QRIS pun sudah dimanfaatkan usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM). Hal ini terbukti banyaknya masyarakat yang lebih memilih menggunakan QRIS karena dianggap lebih praktis. 

 

Salah satunya penjual Somay Bandung yang berdagang di lingkungan kampus Universitas Lampung (Unila). Ia mengaku ada peningkatan penjualan somay dengan menerapkan metode QRIS. Namun, dirinya menyayangkan adanya biaya administrasi yang ditanggung penjual. 

 

’’Kalau dipikir-pikir rugi. Soalnya, setiap orang yang bayar berkurang 100 perak (Rp100, Red). Tapi, mau gimana lagi? Konsumen banyak yang pakai QRIS,” ucap penjual somay bertopi hitam ini yang enggan disebut namanya.  

 

Penggunaan QRIS selain memberikan banyak kemudahan, di sisi lain ada pelaku UMKM juga yang pernah mengalami kerugian. Salah satunya Hendriansyah (22), penjual cilor di Kampung Baru, Kelurahan Gedongmeneng, Bandarlampung. 

 

Hendriansyah menjelaskan, dirinya beberapa kali mengalami kerugian dari transaksi fiktif.  ’’Konsumen mengaku sudah melakukan pembayaran, namun dana tidak masuk ke rekening.  ”Semenjak kejadian itu, saya tidak pakai QRIS lagi. Nggak apa-apa penjualan menurun, yang penting  saya nggak rugi,” ungkapnya.

 

Sementara Sandriani (20), mahasiswi Unila, mengatakan bahwa transaksi dengan QRIS jauh lebih efisien. (*)

 

 

Tag
Share