JAKARTA – Akademi Ilmu Pengetahuan Tiongkok atau Chinese Academy of Sciences (CAS) mengumumkan terobosan penting di bidang baterai lithium solid-state. Melalui penggunaan molekul polimer, tim peneliti berhasil mengembangkan baterai fleksibel dengan arus stabil dan kepadatan energi tinggi. Meski begitu, teknologi ini belum diterapkan dalam produksi massal.
Baterai solid-state dianggap sebagai masa depan kendaraan listrik karena mampu menyimpan energi lebih besar, sekaligus menghilangkan risiko kebocoran elektrolit. Namun, proses pengembangannya kerap terkendala masalah keamanan dan efisiensi.
Menurut laporan Autohome, penelitian terbaru ini dilakukan oleh Institute of Metal Research, lembaga di bawah CAS. Hasilnya telah diterbitkan dalam jurnal ilmiah Advanced Materials.
CAS sendiri merupakan lembaga riset nasional terbesar di Tiongkok yang berdiri sejak 1949. Lembaga ini memiliki banyak unit komersial, termasuk perusahaan teknologi Lenovo. Karena reputasinya yang tinggi, publikasi terbaru CAS di bidang teknologi baterai langsung menarik perhatian besar.
Dalam laporan risetnya, Institute of Metal Research menjelaskan bahwa baterai solid-state konvensional memiliki kelemahan pada antarmuka antara elektroda dan elektrolit, yang menyebabkan hambatan transportasi ion tinggi dan efisiensi rendah. Untuk mengatasinya, tim peneliti menciptakan baterai solid-state fleksibel yang mengandung molekul polimer, gugus etoksi, dan rantai belerang aktif secara elektrokimia.
Material baru ini memiliki kemampuan tinggi dalam menghantarkan ion sekaligus menyimpan energi. Dengan menggunakan katoda komposit yang terintegrasi dengan elektrolit polimer, kepadatan energi baterai meningkat hingga 86%.
Selain itu, baterai ini juga memiliki daya tahan lentur tinggi, terbukti mampu menahan hingga 20.000 kali tekukan tanpa penurunan performa. Struktur inovatif tersebut mampu mengurangi hambatan antarmuka dan meningkatkan efisiensi energi.
Meski demikian, pihak CAS menegaskan bahwa baterai fleksibel ini masih berada pada tahap penelitian dasar dan belum siap untuk produksi massal.