JAKARTA – Sepak bola Malaysia tengah dilanda guncangan besar setelah Federasi Sepak Bola Dunia (FIFA) resmi menjatuhkan sanksi tegas atas kasus pemalsuan dokumen tujuh pemain naturalisasi.
Kasus ini mencoreng nama baik Federasi Sepak Bola Malaysia (FAM) dan memunculkan reaksi keras dari publik Negeri Jiran.
Skandal tersebut terungkap setelah Federasi Sepak Bola Vietnam (VFF) melayangkan laporan resmi terkait dugaan kejanggalan dokumen kewarganegaraan tujuh pemain asing yang diturunkan Malaysia pada laga kualifikasi Piala Asia 2027.
Laporan itu kemudian ditindaklanjuti oleh FIFA dengan penyelidikan menyeluruh, sebelum akhirnya Komite Disiplin FIFA mengumumkan vonis pada Jumat malam (26/9).
Dalam putusannya, FIFA menyatakan FAM terbukti melanggar Pasal 22 Kode Disiplin FIFA (FDC) karena terlibat dalam pemalsuan serta manipulasi dokumen.
Akibatnya, FAM dijatuhi denda sebesar 350 ribu Swiss Franc atau sekitar Rp7,3 miliar.
Tak hanya federasi, ketujuh pemain yang terlibat juga menerima hukuman larangan beraktivitas di semua kegiatan sepak bola selama satu tahun, ditambah denda masing-masing 2.000 Swiss Franc atau sekitar Rp41 juta.
Mereka adalah Gabriel Felipe Arrocha, Facundo Tomas Garces, Rodrigo Julian Holgado, Imanol Javier Machuca, Joao Vitor Brandao Figueiredo, Jon Irazabal Iraurgui, dan Hector Alejandro Hevel Serrano.
Para pemain tersebut sejatinya dipercepat proses naturalisasinya agar segera memperkuat skuad Harimau Malaya.
Namun upaya instan itu justru berujung bumerang setelah FIFA membuktikan adanya dokumen yang tidak sah.
Sanksi ini menjadi pukulan telak karena Malaysia terancam kehilangan kekuatan utama dalam menghadapi kualifikasi Piala Dunia 2026 dan Piala Asia 2027.
Tak hanya itu, kemenangan 4-0 Malaysia atas Vietnam pada babak kualifikasi Piala Asia 2025 juga terancam dibatalkan, lantaran skuad Harimau Malaya menurunkan pemain ilegal.
Kondisi ini membuat tim harus kembali menata strategi di tengah keterbatasan stok pemain yang tersedia.
Keputusan FIFA sontak menuai sorotan tajam di Malaysia.
Media setempat menilai skandal ini sebagai salah satu noda terbesar dalam sejarah sepak bola negeri tersebut.