Memaknai Spirit Kurban: Antara Pengorbanan dan Kasih Sayang

Kamis 05 Jun 2025 - 20:23 WIB
Reporter : Anggi Rhaisa
Editor : Syaiful Mahrum

Prof. Dr. Ali Syari’ati dalam bukunya Al-Hajj menafsirkan Ismail bukan hanya sebagai sosok literal, tetapi simbol dari segala hal yang kita cintai dalam hidup ini—anak, keluarga, harta, jabatan, atau bahkan ego kita sendiri. Ia menekankan bahwa setiap manusia memiliki ’’Ismail”-nya masing-masing, dan dalam hidup ini, Allah akan menguji apakah kita rela mengorbankan “Ismail” kita demi cinta dan taat kepada-Nya.

 

Maka, ibadah kurban sejatinya adalah latihan spiritual untuk melepas keterikatan terhadap dunia, agar cinta kita hanya tertambat kepada Allah SWT. 

 

Memaknai Sprit Kurban

 

Pertama, Kurban sebagai Wujud Harapan dan Cita-Cita Mulia

 

 

Kurban merupakan simbol bahwa seorang mukmin hidup bukan hanya untuk kesenangan dunia semata, tetapi untuk mengejar cita-cita yang tinggi: ridha dan surga Allah. Nabi Ibrahim AS telah menunjukkan kepada kita bahwa untuk mencapai tujuan ilahi, dibutuhkan pengorbanan yang tulus. Cita-cita itu tak cukup hanya diucapkan, melainkan harus diwujudkan dalam tindakan nyata, termasuk kesediaan untuk mengorbankan hal-hal yang paling dicintai demi kepatuhan kepada Allah.

 

Ketika seseorang melaksanakan ibadah kurban, sesungguhnya ia sedang mengungkapkan niat dan harapan bahwa hidup ini sepenuhnya ditujukan kepada Allah. Ia melepaskan ego, keakuan, dan kelekatan terhadap dunia demi memperoleh kedekatan spiritual yang lebih hakiki. Inilah makna ’’taqwa” yang menjadi tujuan utama dari ibadah: "Tidak akan sampai kepada Allah daging-daging dan darahnya (qurban itu), tetapi yang sampai kepada-Nya adalah ketakwaan kalian." (QS Al-Hajj: 37)

 

 

 

Kedua, Kurban Mengajarkan Keteguhan dalam Ujian

Tags :
Kategori :

Terkait