Hadis ini menekankan bahwa kasih sayang dan kepedulian harus bersifat universal, melampaui batas-batas kelompok dan identitas. Memberi makan adalah simbol empati; menyebarkan salam adalah simbol perdamaian.
Kurban bukan sekadar ibadah individual, tetapi sebuah gerakan sosial yang menumbuhkan solidaritas dan harmoni di tengah masyarakat. Dengan kurban, jarak antara si kaya dan si miskin menjadi lebih dekat, karena yang satu berbagi dan yang lain menerima dengan penuh suka cita.
Dalam masyarakat yang rawan konflik dan polarisasi, kurban hadir sebagai momen penyatuan, memperkuat rasa kebersamaan. Bahkan, semangat qurban harus mendorong kita untuk menyebarkan kasih sayang kepada seluruh makhluk, termasuk lingkungan dan binatang.
Islam melarang menyiksa hewan kurban; menyuruh kita menyembelih dengan cara terbaik, memelihara kebersihan, dan menjaga ketenangan hewan sebelum disembelih. Ini adalah bentuk etika spiritual yang menjadikan kasih sayang sebagai fondasi utama hubungan manusia dengan sesama makhluk.
Keempat, Kurban Menumbuhkan Semangat Kerja dan Kepedulian Sosial
Kurban tidak dapat dilakukan oleh orang yang tidak memiliki kemampuan. Maka, ia menjadi pendorong bagi setiap muslim untuk giat bekerja dan meningkatkan kemandirian ekonomi agar bisa berkontribusi dalam ibadah ini.
Semangat kurban mendorong umat Islam untuk produktif, bukan konsumtif; untuk memberi, bukan meminta.
Lebih dari itu, kurban adalah wujud dari jiwa sosial seorang muslim. Seorang yang berkurban sadar bahwa hartanya tidak hanya untuk dirinya sendiri, tetapi juga harus memberikan manfaat bagi orang lain. Dalam masyarakat modern, semangat ini bisa dikembangkan melalui program-program sosial seperti koperasi, zakat produktif, atau gerakan berbagi yang lebih terorganisir.